Mangupura, balibercerita.com –
Sebagai kawasan destinasi pariwisata yang dinamis, penguatan nilai moral, adat, budaya maupun tradisi, sangat diperlukan di Kuta, khususnya menyasar generasi muda yang masih labil dan mudah terpengaruh budaya luar. Untuk itu, program penguatan SDM dari sisi moral, budaya dan religius dinilai perlu digalakkan, utamanya di desa adat maupun banjar.
Menurut tokoh masyarakat Kuta, I Gusti Anom Gumanti, pembangunan SDM dari sisi adat dan budaya sangat diperlukan. Jika pembangunan hanya terfokus pada infrastruktur semata, tentu tidak akan maksimal di tengah era globalisasi. Pembangunan atau penguatan sektor SDM sangat diperlukan, utamanya dari sisi moral. Jangan sampai Kuta yang merupakan daerah pariwisata sampai terjadi degradasi moral.
“Penguatan SDM, moral dan sebagainya ini penting juga kita berikan anggaran untuk direalisasikan dalam bentuk program kegiatan. Penguatan moral ini berhubungan dengan seni dan budaya, tentu ini harus diperhatikan dengan baik,” ungkapnya.
Ia melihat, kini generasi muda mulai jarang mahir atau menguasai makidung, makekawin dan hal sebagainya terkait tradisi Hindu Bali. Padahal hal tersebut merupakan akar budaya yang dimiliki Bali untuk dilestarikan. Untuk itu, pemerintah diharapkan benar-benar men-support agar mampu mengoptimalkan kegiatan seperti itu.
Program semacam utsawa dharma gita, diakuinya, memang masih dilakukan di pemerintahan terbawah. Namun, masih kurang, apalagi kegiatan itu juga dilakukan ketika menjelang lomba atau pentas Pesta Kesenian Bali. Kegiatan sejenis juga mulai jarang ditemui di banjar-banjar, padahal banjar merupakan lembaga di desa adat yang menjadi pusat berkumpulnya krama dan tempat pelestari tradisi.
“Penguatan moral-spiritual perlu dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Jangan sampai hal ini lama-lama menghilang, sebab ini merupakan wujud kita menjaga budaya,” imbuh pria yang juga anggota DPRD Badung ini. (BC5)