Hari Terlarang Memasuki Pura Ulun Swi Jimbaran

0
76
Pura Ulun Swi
Bagian utama mandala Pura Ulun Swi, Jimbaran. (BC10)

Mangupura, balibercerita.com – 

Masyarakat Bali memegang teguh tatanan dan tuntunan leluhur. Seperti halnya krama Desa Adat Jimbaran yang pantang menggelar persembahyangan di Pura Ulun Swi saat hari Buda Wage dan Buda Kliwon. 

Pura Ulun Swi di Jimbaran berstatus Pura Kahyangan Jagat. Umat Hindu meyakini pura tersebut merupakan tempat memohon kemakmuran. Dalam artian, memohon tuntunan dan dibukakan jalan agar dimudahkan dalam pemenuhan sandang, pangan dan papan. Pujawali di pura ini digelar setiap Sukra Paing Dunggulan.

Baca Juga:   Pura Taman Pecampuhan Sala, Perpaduan Eksotisme Alam dan Daya Magis yang Sempurna

Lantas mengapa ada hari terlarang untuk memasuki atau melakukan persembahyangan di pura ini? Menurut Kelian Adat Banjar Teba yang juga pengayah di Pura Ulun Swi, I Wayan Eka Santa Purwita, konon saat Buda Wage dan Buda Kliwon, Ida Batara yang berstana di pura menggelar paruman atau pertemuan. Maka dari itu, tidak boleh ada manusia yang mengganggu pertemuan tersebut. Pernah suatu ketika bhisama ini dilanggar. Ada seseorang yang bersembahyang saat hari terlarang. Hanya berselang beberapa hari setelah pantangan dilanggar, orang tersebut meninggal dunia. 

Baca Juga:   Bukan Sekadar Hari Lahir, Otonan Ibarat Blueprint Kehidupan Orang Bali

Soal pantangan tersebut juga diakui Pemangku Pura Ulun Swi Jimbaran, I Nyoman Lampus (Mangku Tegeh). Bukan hanya untuk pamedek, bahkan dirinya sekalipun tak berani memasuki areal pura ketika Buda Wage dan Buda Kliwon, termasuk saat hari raya Galungan yang jatuh pada hari Buda Kliwon Dunggulan. (BC13) 

Baca Juga:   Pemahayu Jagat dan Pakelem, Ritual Memohon Keselamatan Kepada Batara Baruna

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini