Semarapura, balibercerita –
Nusa Penida mempunyai kesan khusus bagi masyarakat Hindu yang suka berwisata spiritual. Di pulau yang merupakan bagian dari Kabupaten Klungkung ini terdapat sejumlah pura tujuan utama tirta yatra. Selain karena keindahan atau keunikan bentang alam dan arsitekturnya, pura-pura tersebut juga memiliki aura spiritual yang sangat kental.
Menjelang akhir tahun 2021, tim Bali Bercerita bersembahyang ke sejumlah pura di Nusa Penida yakni, Pura Batu Medau, Pura Goa Giri Putri, Pura Dalem Ped, Pura Peluang, Pura Dalem Krangkeng dan Pura Puncak Mundi. Untuk menyeberang ke Nusa Penida, tim bali bercerita memilih jalur Pelabuhan Tri Bhuwana, Kusamba menuju Pelabuhan Sampalan, Nusa Penida.
Jika membawa kendaraan pribadi, bisa menitipkannya di kawasan pelabuhan dengan nominal sewa tertentu. Perjalanan menyeberang memerlukan waktu selama 25 menit, dengan harga tiket per orang seharga Rp 50 ribu. Saat menginjakkan kaki pertama kali di Nusa Penida, akan ada banyak orang yang menawarkan jasa sewa motor atau mobil untuk dipergunakan menjelajahi Nusa Penida.
Harga sewa motor atau mobil bervariasi, tergantung jenis kendaraan yang dipilih. Bagi yang ingin bersembahyang ke Pura Puncak Mundi dan Pura Dalem Krangkeng, direkomendasikan memilih motor dengan CC besar, karena medan yang dilalui penuh tanjakan.
Mengawali perjalanan, tim Bali Bercerita memilih menuju Pura Batu Medau. Pura berstatus kahyangan jagat tertua di Nusa Penida itu terletak di pinggir pantai Desa Suwana. Untuk mencapai pura, dapat menempuh jalur menuju arah kiri dari Pelabuhan Sampalan. Lokasi pura sekitar 10 menit dari Pura Goa Giri Putri. Di Pura Batu Medau tersebut terdapat tiga parahyangan. Pertama, Pura Segara yang dikategorikan bhur loka, kemudian Pura Beji yang dikategorikan bwah loka, dan utama mandala yang disebut swah loka.
Ada beberapa keunikan yang berkaitan dengan sejarah pura tersebut. Seperti adanya mata air suci yang timbul dari bawah Pura Beji pada hari tertentu, batu yang menyerupai jukung, beberapa patung suci tanpa kepala, lokasi temuan fosil manusia bersila, palinggih segara yang berdiri di atas pondasi yang menyerupai jukung, dan sebongkah batu besar di pesisir yang dipercaya sebagai penambatan jukung I Renggan.
Usai bersembahyang di Pura Batu Medau, perjalanan dilanjutkan ke arah barat menuju Pura Goa Giri Putri. Untuk menuju ke area pura ini, pamedek harus melewati beberapa anak tangga dan bersembahyang di Palinggih Ida Hyang Tri Purusa lan Ganapati. Setelah itu, masuk ke dalam goa terbesar di Nusa Penida itu melalui akses celah bebatuan yang sempit. Namun jangan khawatir, meski kelihatan sempit, kenyataannya akses tersebut cukup menampung ukuran tubuh manusia. Di sanalah keunikan pertama yang dirasakan.
Ketika masuk ke dalam goa, pemandangan stalagmit dan stalagtit dengan aura pekat dan lembab akan mendominasi. Menyusuri area goa, ada beberapa tahapan persembahyangan. Pertama, persembahyangan di Palinggih Ida Hyang Wisnu dan Wasuki, serta terdapat pula lingga yoni. Kedua, linggih Ida Hyang Dewi Gangga agau tempat memohon pangelukatan. Ketiga, Palinggih Ida Hyang Giri Pati. Keempat, palinggih utama yaitu Ida Hyang Giri Putri yang terletak di dinding goa. Pada area dalam goa itu juga terdapat palinggih Ida Niang Lingsir. Lokasi itu menjadi tempat favorit orang bermeditasi dan penekun spiritual. Kelima, palinggih Ida Hyang Siwa Amerta, Rambut Sedana, Melanting, Ratu Syahbandar, Dewi Kwan Im, Dewa Langit, dan Dewa Bumi.
Melanjutkan perjalanan, persembahyangan dilanjutkan menuju ke Pura Peluang yang terletak di Dusun Karang Dawa, Desa Bunga Mekar. Perjalanan menuju ke pura itu menempuh waktu kurang lebih 45 menit dari Pura Goa Giri Putri. Sepanjang perjalanan didominasi pemandangan hutan dan semak belukar. Lokasi pura ini berdekatan dengan objek wisata terkenal, Pantai Kelingking.