Mangupura, balibercerita.com –
Keretakan yang terjadi di tebing Pura Uluwatu ternyata bukanlah hal baru. Kondisi itu sudah berlangsung lama, bahkan diperkirakan muncul tahun 1904. Diyakini, ada kekuatan magis yang membuat keretakan tebing yang berada di bawah area utama mandala tidak sampai runtuh. Kendati demikian, upaya mitigasi dinilai perlu dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Pangempon Pura Luhur Uluwatu, I Gusti Ngurah Jaka Pratidnya mengungkapkan, dari informasi yang ia peroleh bahwa keretakan tebing Pura Uluwatu sudah terjadi sejak lama. Berdasarkan sejarah yang ia ketahui, retakan itu sudah ada sejak tahun 1904. Ia mengaku tidak mengetahui persis penyebab keretakan itu.
Namun, dipercaya ada kekuatan magis yang membuat kondisi tebing tetap kokoh. Sebab, Pura Luhur Uluwatu merupakan Pura Sad Kahyangan yang notabene menjadi benteng niskala umat Hindu di Bali. “Sepertinya (keretakan) sudah dari dulu. Tahun 1992 saya bersama pangelingsir di puri melihat adanya penurunan tebing di sisi selatan,” ujar Pangelingsir Puri Jro Kuta yang akrab disapa Turah Joko itu.
Ia memperkirakan, keretakan itu berhubungan dengan faktor alam dan terjadinya gempa bumi. Sehingga terjadi pergeseran-pergeseran tebing, yang membuat keretakan semakin muncul ke permukaan. Ia mengaku pernah memeriksa retakan itu pascagempa bumi dimaksud, namun tidak ditemukan adanya puing-puing maupun reruntuhan tebing.
Berkaitan dengan kondisi itu, pihaknya bersama pangemong dari Desa Adat Pecatu telah melakukan upaya untuk mengurangi beban tebing, dengan membatasi jumlah pemedek yang sembahyang di utamaning mandala menjadi 35 sampai 40 orang.
Selain itu, Pemkab Badung juga telah melakukan kajian untuk menangani keretakan tebing tersebut. Ia berharap, masalah ini tidak sampai membuat umat menjadi resah. Ia juga mengajak agar umat mendoakan supaya proses penanganan tebing itu dapat berjalan dengan baik. “Mari sama-sama memohon dan berdoa agar diberikan jalan yang terbaik. Semoga tidak terjadi hal yang tidak kita inginkan bersama,” ajaknya. (BC5)