Mangupura, balibercerita.com –
Perayaan Pangerupukan atau sehari jelang Nyepi Saka 1944 di Kabupaten Badung yang jatuh pada Maret mendatang dipastikan sepi dari perhelatan ogoh-ogoh. Pasalnya, sejumlah desa adat telah menyatakan tidak akan menggelar pawai ogoh-ogoh lantaran situasi Covid-19 yang tidak menentu.
Seperti diungkapkan Bendesa Desa Adat Bindu, I Gusti Ngurah Suastawa, Minggu (23/1). Pihaknya memutuskan tidak menggelar pawai ogoh-ogoh juga telah menjadi keputusan rapat antara Majelis Desa Adat (MDA), bendesa, pecalang dan yowana Kebupaten Badung dan Kecamatan Abiansemal dalam menyikapi hari raya Pengerupukan atau sehari sebelum Nyepi.
“Ogoh-ogoh tidak dilaksanakan, ini sudah menjadi kesepakatan kami di desa. Namun, untuk melasti tetap dilaksanakan di Taman Beji. Intinya, tidak keluar desa adat,” ujarnya.
Menurutnya, dalam prosesi pemelastian, desa adat yang terdiri dari satu banjar adat dan 268 KK ini akan membawa perangkat gamelan gong. Prosesi kegiatan di Pura Bale Agung juga tetap dilaksanakan. Pun masyarakat yang terlibat dalam prosesi ini tidak dibatasi.
“Tidak ada pembatasan jumlah pengiring (peserta), kita atur prokes saja, seperti wajib masker. Ogoh-ogoh saja yang ditiadakan,” ungkapnya.
Hal senada dikatakan Bendesa Adat Kerobokan, A.A. Putu Sutarja. Pihaknya, telah menggelar rapat terkait penyelenggaraan pawai ogoh-ogoh saat pengerupukan atau sehari menjelang Nyepi. “Kami di Desa Adat Kerobokan telah sepakat tidak menggelar ogoh-ogoh. Ini merupakan keputusan bersama ketua sekaa teruna dan kelian dari 50 banjar se-desa adat,” ungkapnya.
Keputusan untuk tidak menggelar pawai ogoh-ogoh, kata Agung Sutarja, lantaran belum ada kepastian kondisi Covid-19 pada dua bulan mendatang akan melandai. Terlebih, pemerintah pusat memprediksi akan terjadi lonjakan tertinggi kasus Omicron pada Februari dan Maret mendatang. “Menurut Menkes malah puncak Omicron bulan Februari hingga Maret, jadi lebih baik kami fokus pada pengendalian penyebaran Covid-19 di desa adat,” katanya. (BC20)