Mangupura, balibercerita.com –
Sebagai ikon pariwisata Bali, pesona Kuta perlahan-lahan memudar seiring perkembangan destinasi wisata lainnya di Bali dan dinamika persoalan yang menderu wilayah yang dijuluki kampung turis itu. Untuk membuat Kuta kembali menggeliat dan tidak ditinggalkan wisatawan, Pemkab Badung telah melakukan penataan fisik pantai di kawasan trisula Kecamatan Kuta Samigita (Seminyak, Legian, dan Kuta).
Penataan menyangkut landskap pantai, penataan infrastruktur dan daya tarik baru seperti patung Triratna Amreta Bhuwana di Pantai Jerman, patung Dewa Baruna di Pantai Kuta, patung Mesolah Bawa (penari surfing) di Pantai Legian dan patung Arjuna di Pantai Seminyak.
Di sisi lain, Desa Adat Kuta juga berencana menyusun segmen Pantai Kuta agar kembali menarik dan lain dari pada yang lain. Mereka mengkonsep penataan itu menjadi tiga segmen yaitu Pantai Sekeh sebagai Pantai Ramah Keluarga Berbasis Masyarakat, Pantai Kuta titik Tsunami Shelter sebagai pusat budaya dan seni, serta Pantai Kuta titik area skatepark sebagai pusat entertain dan central olahraga modern dengan adanya climbing wall.
Rencananya, penataan segmen itu akan dilakukan penuh setelah perjanjian kerja sama (PKS) pengelolaan pantai antara Desa Adat Kuta dengan Pemkab Badung telah rampung dilaksanakan. Kendati demikian, pihak desa adat sudah mulai menata segmen Pantai Jerman dengan menghadirkan wahana permainan dan pelatihan kepada UMKM pedagang setempat. Setelah dilaksanakannya Festival Seni Budaya Desa Adat Kuta tahun 2024, penataan akan diarahkan menuju ke utara.
Bendesa Adat Kuta Komang Alit Ardana mengatakan, pihaknya terus berupaya mempercantik kawasan Pantai Kuta sepanjang 4,2 km. Melalui upaya itu ia berharap agar Pantai Kuta dapat kembali digandrungi wisatawan dan memiliki daya tarik yang berbeda dengan DTW lainnya.
Untuk merealisasikan hal itu, ia menggandeng Undiknas untuk berkolaborasi dalam memajukan Kuta dari kajian keilmuan dan peran stakeholder kepariwisataan dk Kuta untuk memberikan dukungan program yang dirancang. “Tentu untuk merealisasikan mimpi dan cita-cita kita, itu tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Jadi kita ajak semua pihak untuk bergandengan tangan bersama-sama memajukan Kuta,” ucapnya.
Pihaknya telah menyiapkan konsep penataan per segmen dari ujung selatan hingga ujung utara Pantai Kuta. Hal itu dilakukan menyesuaikan dengan karakteristik dan potensi wilayah masing-masing. Dengan maksud menambah variasi daya tarik kunjungan wisatawan. Ia telah membagi kawasan Pantai Kuta menjadi tiga segmen.
Untuk ujung selatan, yaitu Pantai Jerman, ia mengemasnya menjadi kawasan pantai yang ramah keluarga berbasis masyarakat. Hal itu sesuai dengan karakteristik Pantai Jerman yang tenang dan lingkungan yang cocok untuk aktivitas keluarga. Di sana terdapat wahana permainan air di pantai dan permainan anak di darat. Hal ini didukung dengan keberadaan UMKM yang seluruhnya merupakan masyarakat desa adat Kuta dari Banjar Segara.
Untuk segmen kedua berada di kawasan tsunami shelter depan Pura Segara. Di sana akan dikemas menjadi pusat pertunjukan seni dan budaya dengan menggaet sanggar seni di Kuta. Dengan adanya ikon patung Dewa Baruna diatas tsunami shelter, tentu pementasan seni dan tradisi akan menarik bagi wisatawan. Ruang itu diberikan untuk menggairahkan dan memberdayakan sanggar seni yang ada di Kuta, sekaligus melestarikan seni dan budaya di Kuta.
Seperti halnya di Pantai Melasti dan Uluwatu yang menampilkan kecak, ia ingin menampilkan kesenian yang merupakan maskot dari Kuta, yaitu tari Legong Keraton dari maestro Lotring yang merupakan warga asli Kuta. Tidak menutup kemungkinan kesenian lain juga akan ditampilkan oleh sanggar seni yang ada. “Kita akan efektifkan minimal dua kali dalam seminggu ada pagelaran seni. Penonton nanti berasal dari wisatawan tamu hotel yang akan digilir diajak bekerjasama. Income nanti kita akan berikan 70 persen kepada sanggar dan 30 persen sebagai maintenance,” terangnya.
Sedangkan di sisi paling utara dekat skatepark akan dikemas dengan hal yang lebih modern. Seperti entertainment musik dan olahraga skateboard dan arena climbing wall. Hal ini didukung keberadaan 13 kafe di pantai. Hal itu akan membuat Pantai Kuta dapat dinikmati dari pagi sampai malam. Dari konsep yang dirancang, area paling utara yang dinilai paling riskan. (BC5)