Konon orang suci tersebut mendapatkan wahyu untuk mencari sebuah tempat tinggal bersama pengikutnya. Di suatu tempat, ia kemudian menghirup harum suatu bunga yang konon katanya berasal dari sebuah pohon cempaka penge atau melang. Setelah ditelusuri, ditemukanlah sumber bau bunga itu berasal dari kawasan utara Pura Natar Jemeng.
Pura Natar Jemeng diketahui juga erat kaitannya dengan masa jaya Kerajaan Marga pada tahun 1700-an. Konon, semerbak harum cempaka melang itu tercium hingga ke Kerajaan Marga. Atas hal itu, sang raja kemudian mengirim patih utusan untuk menata 3 padukuhan di kawasan tersebut, yang kemudian disatukan menjadi Desa Adat Pinge. Sebagai penanda lokasi ditemukannya pohon tersebut, sang patih juga membuat beberapa penanda dari bebatuan. Penanda itulah yang konon menjadi peninggalan cagar budaya Pura Natar Jemeng saat ini.
Pura tersebut juga diyakini erat kaitannya dengan Pura Pucak Resi atau Pura Pucak Sangkur di Baturiti. Pura Pucak Sangkur memiliki kaitan dengan perjalanan Ida Sang Rsi Madura dari Gunung Raung yang sering disebut dengan Jagat Keling atau Ida Resi Kayu Manis. Setelah upacara penobatannya selesai, ia kemudian pindah tinggal ke wilayah Beratan bersama putra dan putrinya. Di sanalah ia mendirikan Pura Puncak Resi di Bukit Sangkur.
Putra kedua Rsi Madura inilah yang dipercaya membangun dan menata Pura Natar Jemeng. Hal itu dilakukan setelah ia usai menyelesaikan tugas dari ayahandanya. Putra kedua Rsi Madura ini diketahui tinggal bersama dengan ibu tirinya, dengan maksud untuk menata petilasan leluhurnya. Karena itulah beliau kemudian dipuja di Pura Natar Jemeng sebagai Ratu Bagus. (BC5)