Mangupura, balibercerita.com –
Peringatan tragedi kemanusiaan Bom Bali yang dilaksanakan di kawasan Ground Zero tahun ini dilaksanakan dengan kemasan berbeda. Selain doa bersama lintas agama, peringatan kali ini diisi dengan pentas budaya. Acara yang dilaksanakan Rabu (12/10) sore itu, diinisiasi oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kuta, Yayasan Isana Dewata, dan Kelurahan Kuta.
Selaku ketua panitia acara, I Putu Adnyana menerangkan bahwa acara tersebut bukanlah untuk memperingati tragedi, melainkan lebih kepada mengenang dan mendoakan para korban, serta menggaungkan pesan perdamaian. Tahun ini, acara tersebut mengambil tema “Doa dari Bali untuk Dunia”. Dengan menggaungkan pesan menanamkan perdamaian, memperkuat kebersamaan, dan mempererat persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan.
“Acara ini sebenarnya setiap tahun dilaksanakan. Namun karena pandemi yang terjadi 2 tahun lebih, terakhir acara ini kita laksanakan tahun 2019 kemarin. Tahun ini memang sengaja kita buat sedikit berbeda dari sebelumnya,” ungkap pria yang menjabat sebagai Ketua LPM Kuta ini.
Doa lintas agama diakuinya memang baru pertama dilaksanakan di acara tersebut, dengan menggandeng Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Para tokoh dari 6 agama, yaitu Hindu, Budha, Islam, Kristen, Khatolik dan Konghucu secara bergiliran memanjatkan doa untuk arwah korban serta kelancaran pelaksanaan KTT G20 nantinya. Acara itu dilaksanakan mulai pukul 17.00 Wita sampai pukul 21.00 Wita.
Selain doa bersama lintas agama, nantinya juga akan ditampilkan pertunjukan seni berupa tarian maskot perdamaian Santi Mahaparipurna. Pertunjukan itu merupakan kolaborasi dengan seniman Kuta, dalam upaya menggaungkan pesan perdamaian. Dalam acara itu juga diisi pencerahan oleh Gede Prama, yang akan tampil sekitar 45 menit. Adapun tema dari pencerahan itu yaitu Peace Word Forgiving is Beautyfiying. Acara itu juga diisi dengan pelepasan 5 ekor burung merpati putih, peletakan 20 lilin, serta prosesi tabur bunga.
Diakuinya, acara tersebut dilaksanakan secara swadaya atas dukungan partisipasi pengusaha di wilayah Jalan Legian, wisatawan, dan Konjen Australia. Adapun pihak yang terlibat dalam acara yaitu instansi, keluarga korban, masyarakat, 20 orang perwakilan siswa dari 4 sekolah, dan perwakilan masing-masing 4 orang dari stakeholder di jalan Legian.
Selain dilaksanakan oleh LPM, acara serupa juga digelar oleh Densus 88 dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Namuan acara itu dilaksanakan pukul 23.00 Wita sampai pukul 24.00 Wita. Pada intinya kedua acara tersebut memiliki tema yang sama, yaitu perdamaian, namun dikemas dalam bentuk berbeda. (BC5)