Klungkung, balibercerita.com –
Mangku Pande Alit tak pernah menduga akan melakoni kehidupan sebagai pemangku. Mantan pengguna narkoba dan pemabuk ini hanya bisa pasrah menjalani berbagai tuntunan sekaligus cobaan yang datang kepadanya. Semua dilakukan dengan ikhlas demi menebus kesalahan di masa lampau.
Ditemui saat menjalani masa yasa kerthi di Pura Watu Klotok, Klungkung, Sabtu (4/12), Mangku Pande Alit menceritakan pengalaman hidupnya yang penuh lika-liku. Ia tak malu mengakui bahwa hidupnya dahulu kelam. Kala itu, uang hasil bekerja selalu dihabiskannya untuk bersenang-senang, entah untuk narkoba maupun minuman keras. Ia tahu itu salah, tapi tak mau menolak.
Pria asal Banjar Dinas Kelod, Busungbiu, Singaraja itu baru tersadar dan bertekad bertobat ketika memiliki buah hati pertama. Suatu hari, anak perempuannya yang baru berumur 7 bulan menatapnya dalam-dalam. Anehnya, mata kanan sang anak kemudian menitikkan air mata. Mangku Pande tertegun. Sebuah kejadian yang membuat dirinya sangat sedih dan menyesali semua perbuatan buruk di masa lalu. Kejadian itu lantas dijadikan sebuah titik balik kehidupannya. Suatu momen kesadaran diri akan fananya kehidupan materialistis.
“Dari sana saya tersentuh, mungkin sudah saatnya tobat. Kalau masih terus begini, akan hancur. Pemakai (narkoba), peminum, uang hasil bekerja habis untuk bersenang-senang. Beliau itu Maha Pengasih. Semua kehendak Tuhan,” katanya.
Sejak saat itulah, jalan spiritual mulai terbuka, hingga ia bertemu seorang penuntun. Dari sana ia banyak belajar mengenai agama Hindu secara mendalam terutama mengenai karma phala dan takdir. Suatu hal yang sama sekali tak pernah terpikirkan sebelumnya. “Belajar sastra tidak pernah. Saya pikir, saya sendiri seorang yang buruk, jelek. Tingkah dan perilaku tidak sesuai agama, mana mungkin bisa jadi mangku,” katanya.