Pengoperasian pesawat tersebut juga mengeliminasi potensi terjadinya human error, dibandingkan pesawat konvensional. Sebab itu digerakkan secara otonom (tanpa pilot di pesawat), dengan menggunakan ground control yang sudah menggunakan artificial intelligence. Selain itu, titik penerbangan pesawat juga sudah melalui survey sebelumnya. Pesawat itu juga sudah diuji coba dengan kondisi badai sampai angin topan dengan kategori 3. Hal itu terbukti masih bisa membuat pesawat melayang di udara.
E-hang 216 merupakan pesawat yang diperuntukkan mengangkut penumpang berkapasitas 2 orang. Pesawat berbasis listrik itu mampu terbang dengan ketinggian maksimal 300 meter selama 30 menit, dan memerlukan waktu charge (mengisi daya) cuma setengah jam sampai satu jam. Adapun jarak yang bisa ditempuh dalam sekali charge sejauh 30 km. Di luar negeri, pesawat itu sudah dipergunakan mengangkut penumpang, termasuk juga di pabriknya di Cina. Namun hal itu hanya untuk bubble area.
Sejauh ini, moda transportasi itu diakuinya belum ada pemesannya. Sebab hal itu baru pertama kalinya diperkenalkan di Indonesia. Untuk target, pada umumnya pesawat itu memiliki banyak pangsa pasar, seperti kementerian, dinas, swasta, perusahaan taksi dan lain-lain. Saat ini pihaknya mengaku masih menunggu regulasi, karena itulah ia belum bisa melakukan penjualan resmi. Namun, jika izinnya sudah keluar, maka pihaknya tentu akan merilis hal itu. “Begitu izin keluar, maka Pak Bambang Soesatyo yang akan langsung terbang bersama keluarga,” imbuhnya. (BC5)