Semarapura, balibercerita.com –
Keindahan kawasan Pura Goa Giri Putri memang tiada duanya. Pura yang terletak di dalam sebuah tebing di Desa Adat Karangsari, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali ini, memang memiliki pesona alam dan aura kesucian yang luar biasa. Perpaduan keduanya mampu mengurangi dahaga kerinduan manusia akan Sang Pencipta.
Guna menuju ke areal pura ini, pamedek harus melewati beberapa anak tangga yang cukup curam. Siapkan air minum dan jangan terburu-buru jika Anda tak terbiasa. Di ujung tangga terdapat Palinggih Ida Hyang Tri Purusa lan Ganapati. Di sini adalah tahapan pertama persembahyangan di Pura Goa Giri Putri.
Usai bersembahyang di sana, pamedek masuk ke dalam gua terbesar di Nusa Penida itu melalui akses celah bebatuan yang sempit. Jangan khawatir, meski kelihatan sempit, akses tersebut cukup untuk dilewati tubuh manusia. Di sanalah keunikan pertama yang dirasakan pengunjung.
Ketika masuk ke dalam gua, pamedek atau pengunjung akan terkesima. Sebab, celah masuk gua berbanding terbalik dengan luas gua itu sendiri. Ukuran gua sangatlah besar. Luasnya melebihi areal sebuah lobi hotel bintang lima. Pemandangan stalagmit dan stalagtit dengan aura pekat dan lembab akan mendominasi.
Pengayah di Pura Goa Giri Putri, Jero Mangku Wayan Cirta mengungkapkan, pura ini menjadi salah satu tujuan tirta yatra di Nusa Penida. Cukup banyak umat yang tangkil ke pura ini. Terlebih lagi saat piodalan yang berlangsung setiap Purnama Sasih Kalima. Selain umat Hindu, tidak sedikit umat agama lainnya yang bersembahyang di pura ini. Bahkan, wisatawan mancanegara juga banyak yang meyakini kesucian dan berkah Ida Batara yang berstana di Goa Giri Putri.
Lebih lanjut ia mengimbau, bagi yang hendak memasuki areal pura, baik untuk bersembahyang maupun berwisata, diharapkan untuk menjaga sopan santun. Pengunjung tidak diperkenankan berbuat, berbicara, bahkan berpikir tidak baik. Semua orang diharapkan ikut menjaga kesakralan Pura Goa Giri Putri. Tidak hanya demi kesucian pura, sikap seseorang juga akan sangat berdampak pada kehidupan orang itu sendiri.
Ia menceritakan, pernah ada kejadian seorang pamedek yang sampai di rumah terus-menerus ingin tangkil ke Goa Giri Putri. Seolah-olah ada sesuatu yang menarik dirinya untuk datang kembali. Ada juga kejadian aneh menimpa salah seorang umat yang saat sembahyang di pura ini tidak fokus karena merasa tidak ikhlas. Akibatnya, ketika pamedek itu kembali pulang ia mengalami gangguan kejiwaan. Berbagai macam cara dilakukan agar pamedek itu sembuh, namun tak berhasil. “Setelah memohon ampunan di linggih Ida Hyang Giri Putri, astungkara orang tersebut kembali sehat,” ujarnya.
Kembali ke soal persembahyangan, di dalam gua ada beberapa tahapan. Pertama, di Palinggih Ida Hyang Wisnu dan Wasuki, serta terdapat pula lingga yoni. Kedua, di linggih Ida Hyang Dewi Gangga sebagai tempat memohon pangelukatan. Ketiga, di Palinggih Ida Hyang Giri Pati. Keempat, palinggih utama yaitu Ida Hyang Giri Putri yang terletak di dinding gua. Pada area dalam gua juga terdapat Palinggih Ida Niang Lingsir. Lokasi itu menjadi tempat favorit untuk bermeditasi bagi penekun spiritual. Persembahyangan kelima atau yang terakhir yaitu di Palinggih Ida Hyang Siwa Amerta, Rambut Sedana, Melanting, Ratu Syahbandar, Dewi Kwan Im, Dewa Langit, dan Dewa Bumi. (BC13)