Denpasar, balibercerita.com –
Puncak karya palebon Ida Cokorda Pemecutan XI yang digelar, Jumat (21/1), berjalan lancar. Ritual pembakaran jenazah yang tergolong langka ini menyedot perhatian masyarakat. Hal ini mengingat adanya beragam tradisi unik yang berlangsung di dalamnya.
Prosesi dimulai sejak dini hari dengan ritual ngenjing/atetangi, ngutang pering, baleman, teteh tabun di Puri Agung Pemecutan. Disusul upacara membumi sudha, melaspas pemereman, lembu dan Panca Rengga. Pada tengah hari, iring-iringan layon atau jenazah berangkat menuju Setra Badung. Usai pembakaran jenazah, upacara dilanjutkan dengan nganyut di Pantai Kuta.
Ritual yang paling ditunggu-tunggu masyarakat tentu saja saat iring-iringan bade tumpang solas, lembu, ogoh-ogoh Cupak dan sarana upacara lainnya menuju Setra Badung. Di sepanjang Jalan Thamrin, tepatnya di depan Puri Agung Pemecutan hingga Setra Badung dipadati masyarakat.
Masyarakat tampak antusias menyaksikan ritual tersebut, termasuk saat prosesi pembakaran. Selain budaya Bali, ada pula ditampilkan Tari Rodat yang dibawakan warga Muslim Kepaon. Tari ini dilangsungkan sebelum tedun layon. Selain itu, ada pula tarian Baris Jago.
Khusus bade tumpang solas dan lembu, telah menggunakan roda agar memudahkan untuk diusung ke setra atau kuburan. Roda sangat diperlukan, karena beratnya sarana tersebut. Untuk bade beratnya mencapai 2 ton.
Tragtag atau tangga serta bade dibawa oleh warga Banjar Tegal Agung, Alangkajeng Menak, Belong Menak, Kerandan, Busung Yeh Kangin dan Pemedilan. Jumlah penegen bade dan tragtag sekitar 75 orang. Sementara, pengarak ogoh-ogoh adalah warga Banjar Taensiat. Untuk diketahui, para pembawa sarana upacara tersebut telah menerapkan prokes dan dites swab yang hasilnya negatif. (BC9)