Mangupura, balibercerita.com –
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) kembali menggelar Indonesia Development Forum (IDF) 2022. Ajang tahunan yang mewadahi diskusi produktif forum lintas pemangku kepentingan, dalam mengatasi berbagai isu strategis pembangunan Indonesia itu digelar pada tanggal 21 dan 22 November 2022 di Movenpick Resort Jimbaran. Tema yang diangkat tahun ini adalah The 2045 Development Agenda New Industrialization Paradigm For Indonesia’s Economic Transformation.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengajak pemangku kepentingan untuk berpikir kembali, menyusun kembali strategi ke depan dalam rangka reindustrialisasi. Hal itu merupakan bagian dalam hal rencana jangka panjang nasional, dengan menempatkan industri dalam peta Indonesia, makro Indonesia, untuk percepatan pembangunan kesejahteraan.
“Saya mengajak semua pihak untuk mencurahkan, memberikan terbaik yang dimiliki, dalam rangka meningkatkan efektivitas kebijakan pembangunan industri ke depan baik itu dalam jangka menengah maupun panjang. Mudah-mudahan pertemuan itu menjadi satu langkah dari ribuan langkah, untuk menjemput reindustrialisasi di Indonesia dalam rangka transformasi ekonomi,” ucapnya.
Dipaparkannya, Indonesia sebenarnya sudah menjadi negara middle income sekitar tahun 1982-1983. Saat itu Indonesia sudah beralih dari lower, kemudian masuk lagi ke lower income ketika terjadi peristiwa tahun 1997-1998. Sekitar tahun 2002 hingga 2019, Indonesia kembali lagi masuk ke middle income. Untuk masuk di upper middle income, salah satu strategi, instrumen atau kebijakan yang menjadi kunci adalah industri, terutama industri manufaktur.
Reindustrialisasi akan menjadi kunci penting transformasi ekonomi Indonesia pasca pandemi Covid-19. Seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia, peningkatan share industri pengolahan terhadap produk domestik bruto juga menjadi prioritas. “Industrialisasi ke depan harus menjawab kebutuhan lifestyle baru, yang sustainable, smart, and functional. Konsumen-konsumen kita semakin pandai, semakin smart, maunya affordable dan canggih. Dengan demikian, juga model-model bisnis akan berubah, permintaan tenaga kerja berubah dan demikian juga cara pembiayaan juga berubah,” bebernya.
Selaku pencetus Indonesia Development Forum, Prof. Dr. Ir. R. M. Soemantri Brodjonegoro menerangkan, ada 4 sumber pertumbuhan Indonesia untuk masa depan. Yaitu manufakturing industri pengolahan, ekspor di bidang jasa, ekonomi digital, dan green ekonomi. Indonesia dinilainya sangat berhasil dalam melakukan transformasi ekonomi dari manual menjadi digital. Pada tahun 90an Indonesia berhasil melakukan transformasi ekonomi, dari sektor primer seperti pertanian, ke sektor sekunder seperti manufaktur.
Saat itu kontribusi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) hampir menyentuh 30 persen dari PDB. Namun saat ini, PDB dari manufaktur berada di bawah 20 persen dari PDB. “Pencapaian Indonesia tahun itu luar biasa, karena Indonesia naik kelas dari low income country menjadi middle income country,” ucapnya.
Untuk kembali merealisasikan hal itu, ia menyarankan agar sektor manufaktur bisa membuat produk dengan tingkat kompleksitas yang tinggi, agar dapat mendorong Indonesia kembali naik kelas ke high income country. Diperlukan ekstra effort agar Indonesia kembali naik kelas lagi menjadi negara pendapatan maju. Indonesia harus menjadi sumber pertumbuhan ekonomi agar menjadi negara maju.
“Semua pihak harus secara kolektif terlibat agar memetakan potensi ekonomi di Indonesia. Kuncinya adalah membangun industri yang kompleks. Kita dorong kompleksitas industri kita. Semoga IDF dapat membawa Transformasi ekonomi ke arah lebih maju,” imbuhnya. (BC5)