Denpasar, balibercerita.com –
Pianis asal Bali, Gede Yudis telah merilis single anyarnya berjudul Memory, pada 24 Juni 2024 melalui platform musik digital. Single ini menjadi pembuka Yudis menuju album keduanya yang diberi tajuk 1999.
Hadirnya single Memory terinspirasi dari kisah pribadi akan kerinduan sosok yang telah pergi. Hal ini sekaligus menjadi pengingat bagi mereka yang telah tiada, mereka yang merupakan harta tak ternilai yang patut dijaga dan dirayakan. Permainan melodi yang menyentuh dalam lagu ini membawa pendengar menyelami lorong kenangan, di mana momen-momen kebahagiaan dan kehangatan terpatri dalam ingatan.
“Memory bukan sekadar kesedihan tapi tentang rasa syukur atas waktu yang pernah dilewati bersama mereka terkasih. Lagu ini semacam pengingat bahwa kenangan indah bersama mereka yang telah pergi akan selalu hidup di hati, dan cinta mereka akan terus mewarnai perjalanan hidup kita,” tutur Gede Yudis.
Album 1999, bukan sekadar angka biasa bagi musisi yang kini bermain bersama Balawan, Nosstress, Jaklima dan Soulfood ini. Dipilihnya 1999 yang berisi 10 lagu sebagai tajuk utama album kedua ini adalah tahun kelahiran Gede Yudis, dan ini menjadi inspirasi utama di balik pembuatan album.
Di sisi lain, tahun 1999 juga menandakan akhir abad ke-20. Suatu periode penuh transisi dan pergolakan. Perpaduan ini melahirkan sebuah album yang kaya akan eksplorasi musik dan refleksi personal. Berbeda dengan album perdananya yang memadukan unsur klasik dengan pop, album 1999 sepenuhnya berfokus pada genre klasik crossover.
Gede Yudis menampilkan kepiawaiannya memainkan piano solo dengan menghadirkan melodi yang indah dan penuh makna. Setiap lagu dalam album ini memiliki ceritanya sendiri, membawa pendengar dalam perjalanan musikal yang penuh dengan emosi dan imajinasi.
Album 1999 yang rencananya akan dirilis 4 Juli 2024 ini tak hanya album musik, tetapi juga sebuah manifestasi perjalanan hidup dan kreatifitas Gede Yudis. “Album ini saya didedikasikan untuk para penikmat musik klasik yang ingin merasakan pengalaman mendengarkan yang berbeda,” tutup Gede Yudis. (BC5)