Para camper van alias kemah dengan bermobil juga bisa datang dengan cukup membayar sewa lahan senilai Rp100 per mobil. Jika mereka ingin membuat api unggun di tengah halaman, mereka harus membayar Rp15 ribu untuk seikat kayu bakar. Di sana terdapat 5 kamar mandi umum yang sumber airnya berasal dari pegunungan. Sejumlah fasilitas lain seperti sumber listrik, tempat cuci piring dan tempat masak tersedia. Warung atau tempat makan juga tersedia, dengan menu harga kaki lima.
Kampung Kopi Camp juga menyediakan beberapa program tour, seperti trekking ke perkebunan kopi dan persawahan menuju pancoran air. Mendaki Gunung Batukaru yang menempuh waktu sekitar 3-4 jam, mengendarai mobil jeep untuk melihat keindahan air terjun Blemantung di Desa Pujungan yang berjarak sekitar 2,5 km. Kemudian melihat proses pengolahan kopi, yang sekalian dijadikan oleh-oleh khas Pupuan. Selama masa perjalanan, pengunjung disajikan pemandangan yang alami, hijau dan segar dipandang mata.
Diakuinya, modal awal untuk merealisasikan objek wisata ini cukup besar karena pihaknya harus meratakan dan merapikan lahan, kemudian mengisi tanaman dan fasilitas pendukung. Semua bahan glamping memakai kayu dan genteng bekas, karena konsep yang ditonjolkan adalah kealamian dan keunikannya. Sejak dibuka awal Januari 2022 lalu, saat ini tamu dominan yang menginap masih lokal dan domestik.
Rata-rata mereka menginap selama 2 malam. Tempat itu beberapa kali juga dipakai sebagai pentas musik dan outbond, dengan syarat harus dilakukan blok tempat terlebih dahulu. “Beberapa kali di sini ada pentas musik lokal maupun nasional. Komunitas motor juga sering, tapi biasanya tidak menginap, cuci mata aja,” imbuhnya. (BC5)
