Mangupura, balibercerita.com –
Di bawah kepemimpinan Bendesa Made ‘Yonda’ Wijaya bersama prajuru, Desa Adat Tanjung Benoa menjadi desa adat yang pertama dan satu-satunya memberikan bantuan daging saat hari raya Nyepi dan Galungan. Hal tersebut terealisasi berkat ide kreatif dan inovatif dalam pengelolaan potensi aset keuangan desa adat serta kepercayaan maupun dukungan krama.
Saat Penyajaan Galungan atau Senin (21/4), krama gegem dari 4 banjar diberikan bantuan masing-masing 2 ekor daging ayam beserta jatu (uang bumbu) senilai Rp100 ribu. Sebelumnya, jelang hari raya Nyepi 1947 Caka, pada Selasa (25/3) sore, mereka membagikan 1.654 kg daging babi kepada krama gegem (warga adat) dan paket sembako kepada krama banjar.
Menurut Made Yonda’ Wijaya, pembagian daging jelang Nyepi dan Galungan merupakan program wajib yang dilaksanakan di masa kepemimpinannya. Hal itu untuk meringankan beban krama sekaligus mengembalikan laba yang diperoleh Desa Adat Tanjung Benoa melalui pengelolaan potensi ekonomi yang ada.
Hal ini sekaligus bentuk ucapan terima kasih dari prajuru atas kepercayaan krama/masyarakat yang mendukung program prajuru dalam upaya mensejahterakan masyarakat. “Ini program rutin yang kami laksanakan setiap 6 bulan sekali dan setahun sekali. Ini tentu berkat dukungan masyarakat dan suecan Ida Batara-Batari yang malinggih di Tanjung Benoa,” ujarnya.
Program ini dapat terlaksana juga atas sinergi dan eksistensi lembaga perkreditan desa (LPD) dan bagha utsaha padruwen desa adat (BUPDA) yang sukses membantu program kerja Desa Adat Tanjung Benoa dalam meringankan beban masyarakat. Saat hari raya Galungan, LPD memberikan bantuan daging kepada krama, sedangkan saat Nyepi giliran BUPDA yang berperan memberikan daging kepada warga. Kedua lembaga ini merupakan kiwa-tengen bagha utsaha Desa Adat Tanjung Benoa yang menjadi lokomotif perekonomian desa adat.
Konsep kiwa tengen bagha utsaha Desa Adat Tanjung Benoa sebenarnya tercetus di tahun 2018, menyikapi arahan dari Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali dalam memaksimalkan pilar perekonomian desa adat. Kiprah LPD Tanjung Benoa yang berusia 33 tahun kemudian diimbangi dengan BUPDA yang beranjak memasuki usia 4 tahun saat ini tergolong sukses.
Kendati baru beranjak usia 4 tahun, kontribusi BUPDA dirasakan sangat positif. Semula, BUPDA hanya mengelola beberapa minimarket modern, yang kemudian berkembang luas juga mengelola unit usaha aset desa adat. Kedua unit ini setiap tahun melaporkan dan dipertanggungjawabkan pengelolaan keuangannya kepada Desa Adat Tanjung Benoa dan berkontribusi positif dalam membantu program kerja Desa Adat Tanjung Benoa. Seperti pemberian dana sosial, pembinaan, bagi hasil. Bahkan santunan kematian program desa adat juga ditanggung oleh BUPDA.
“Kami berharap, baik LPD dan BUPDA dapat semakin membantu program kerja desa adat dan merealisasikan visi dan misi Desa Adat Tanjung Benoa dalam upaya menyejahterakan masyarakat,” ungkapnya. (BC5)