Mangupura, balibercerita.com –
Mengusung tema “Bangun Sakti Budaya”, komunitas seniman Anglangkara menggelar Festival Miniatur Ogoh-ogoh di gedung Balai Budaya Giri Nata Mandala, Puspem Badung, Minggu (13/3). Total ada 80 peserta seluruh Bali yang mengikuti Anglangkara Miniatur Ogoh-ogoh Festival.
Adapun kategori yang dilombakan adalah non mesin yang diikuti 46 peserta, kategori mesin sebanyak 16 peserta, kategori lomba tapel ogoh-ogoh sebanyak 14 peserta, dan lomba display (ilustrasi) gambar ogoh-ogoh sebanyak 12 peserta.
Ketua panitia lomba, I Wayan Arif Masriadi menerangkan, komunitas Anglangkara terdiri dari anak-anak muda Kabupaten Badung, yang berkecimpung di dalam dunia seni rupa. Lantaran sering berkomunikasi membahas hal seni, mereka kemudian berkeinginan meningkatkan kreativitas kesenian ogoh-ogoh di Bali, khususnya Badung.
Hal itu sekaligus sebagai ruang apresiasi kepada para seniman muda, khususnya yang ada di Kabupaten Badung. Alhasil, lahirlah Anglangkara Miniatur Ogoh-ogoh Festival, untuk meningkatkan bakat dan memberikan ruang kepada para seniman di Badung untuk tampil.
Diakuinya, persiapan dalam menghelat lomba tersebut memang cukup minim, yaitu dalam kurun 2 minggu. Hal itu dilakukan atas dasar spontanitas semata, dengan sumber dana kegiatan berasal dari uang pendaftaran dan iuran sukarela dari masing-masing panitia lomba. Adapun juri dari festival itu adalah Gusman Surya yang merupakan seniman ogoh-ogoh asal Gianyar, Gungde Rahman dari Listibiya Badung dan satu juri yang lainnya. “Kami berharap kegiatan lomba ini akan berlangsung setiap tahun,” ucapnya.
Sekretaris Daerah Kabupaten Badung, I Wayan Adi Arnawa mewakili Bupati Badung mengungkapkan, Anglangkara Miniature Ogoh-ogoh Festival selaras dengan PPNSB poin keempat yaitu adat, agama, tradisi, seni dan budaya masyarakat yang berorientasi pada pelestarian kearifan lokal. Pihaknya menyambut baik kegiatan yang diprakarsai para Yowana yang tergabung dalam Komunitas Anglangkara. Ia berharap ke depan kegiatan itu akan menjadi bagian dari kalender tahunan. “Saya harap ini tetap bisa kita selenggarakan untuk membuat suatu event Internasional yang nantinya diharapkan menjadi salah satu daya tarik wisatawan,” ungkapnya.
Ia menilai kegiatan itu sangat representatif dan sangat-sangat menjanjikan, terutama dalam rangka untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari sektor pariwisata. Karena itu ia mengaku sudah meminta Listibya Badung, agar segera merumuskan bersama stakeholder terkait misalnya Dinas Pariwisata, Bali Tourism Board (BTB), termasuk PHRI Badung. Sehingga kegiatan itu bisa dikemas menjadi kalender tetap dan bisa dikunjungi oleh wisatawan. “Mudah-mudahan bulan Maret tahun depan setelah hari raya Nyepi diselenggarakan event seperti ini,” paparnya. (BC5)