Mangupura, balibercerita.com –
Tradisi Siat Yeh digelar warga Banjar Teba, Desa Adat Jimbaran, Jumat (4/3). Tradisi unik berupa perang air itu dilangsungkan saat Ngembak Geni atau sehari pascahari raya Nyepi.
Koordinator Pemuda Peserta Siat Yeh, I Komang Agus Wiweka mengungkapkan bahwa tradisi itu sempat terkubur karena pesatnya perkembangan zaman. Hal itu kemudian coba kembali dibangkitkan oleh masyarakat Jimbaran. Ke depannya, tradisi warisan leluhur ini akan terus dilestarikan.
Dipaparkannya, prosesi Siat Yeh diawali dengan mendak atau menjemput tirta atau air suci di pantai timur di wilayah Suwung dan pantai barat di Jimbaran. Tradisi mendak tirta menggunakan lima kendi dari masing-masing tempat yang disesuaikan dengan pengurip-urip yaitu warna kuning dari barat dan putih dari timur.
Siat Yeh mengandung filosofi pembersihan diri untuk menyambut Tahun Baru Saka. Dalam situasi pandemi, jumlah peserta Siat Yeh dibatasi hanya 25 orang untuk masing-masing kelompok.
Selain Siat Yeh, Desa Adat Jimbaran juga berusaha membangkitkan kembali tradisi lainnya yaitu Magegobog untuk mengusir energi negatif. Tradisi ini berlangsung sehari jelang Nyepi atau dinamakan Pangerupukan.
Ada hal istimewa dalam pelaksanaan Siat Yeh tahun ini. Sebab, Bupati Badung Nyoman Giri Prasta di sela-sela pelaksanaan Siat Yeh, menyerahkan sertifikat Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia untuk Siat Yeh di Jimbaran dan tradisi Kebo Dongol di Desa Adat Kapal. Penetapan WBTB dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
“Kami di Kabupaten Badung sudah ada 11 WBTB dan kita sudah sertifikatkan. Begitu juga dengan warisan benda yaitu pura, sudah ada kurang lebih 30 pura yang sudah disertifikatkan,” ujar Giri Prasta. (BC5)