Denpasar, balibercerita.com – Banjir yang terjadi di beberapa daerah di wilayah Kabupaten Badung dan Denpasar pada Sabtu (8/10) pagi, salah satunya dipicu oleh curah hujan yang masuk dalam katagori ekstrim dan hujan sangat lebat. Berdasarkan data pos hujan BMKG di wilayah Bali pada sat itu, terdapat 1 titik pos yang mencatat kejadian hujan ekstrem. Dari titik pos pengamatan Sumerta Denpasar, curah hujan tercatat mencapai 180 mm perhari atau tergolong hujan ekstrim. Sedangkan dari pos Tibubeneng Badung, curah hujan tercatat mencapai 125 mm perhari dan Stasiun Geofisika Sanglah tercatat curah hujan sekitar 120 mm perhari. Kedua pos yang disebutkan terakhir itu masuk kategori hujan sangat lebat.
Sub Koordinator Pelayanan Jasa Balai Besar MKG, Tirtha Wijaya menerangkan, intensitas hujan sangat lebat itu terjadi selama 5 jam. Yaitu sejak pukul 00.50 Wita sampai 05.10 Wita. Kondisi itu mengakibatkan banjir setinggi lutut hingga perut orang dewasa, serta menyebabkan akses jalan terhambat. Menurut informasi yang ia terima, lokasi banjir yang terjadi di Kota Denpasar yaitu di Jalan Pura Demak, serta di Tukad Mati Legian dan Seminyak Kabupaten Badung. “Berdasarkan data monitoring musim hujan Stasiun Klimatologi Jembrana pada tanggal 8 Oktober 2022, sebagian besar wilayah Bali saat ini sudah memasuki peralihan musim kemarau ke musim hujan,” ungkapnya.
Dipaparkannya, saat ini kondisi Indeks Osilasi Selatan (IOs) terpantau bernilai +19.6. Dimana suplai uap air bergerak dari Pasifik Timur ke Pasifik Barat, yanh membuat aktivitas potensi pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia Timur signifikan. Nilai SOI yang persisten diatas +7, juga menunjukkan adanya kolerasi positif dari anomali suhu muka laut di wilayah Indonesia, terutama Indonesia timur. Sedangkan analisis data SST menunjukkan bahwa kondisi suhu muka laut di wilayah Bali bagian utara hingga timur masih cukup
hangat karena anomali positif 0 – 3°C, yaitu berkisar antara 26 – 30°C. Data analisis kelembaban udara pada tanggal 08 Oktober 2022 Pukul 00.00 UTC ketinggian 850 mb dan 700 mb di Bali bagian tengah mencapai 90 persen. “Nilai SST dan anomali SST di wilayah Bali masih cukup hangat. Kelembaban udara yang tinggi hingga lapisan atas memberikan kontribusi yang cukup untuk pembentukan awan hujan,” ungkapnya.
Berdasarkan analisis citra radar cuaca Lombok terdapat hujan yang berkisar antara ringan – lebat di Bali bagian tengah hingga selatan. Sementara analisis citra satelit himawari terdapat awan jenis Cumulonimbus di Bali bagian tengah dengan suhu puncak awan mencapai -75°C.
- Waspada Potensi Cuaca Ekstrim Sampai Tanggal 15 Oktober
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati memprediksi potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi dari tanggal 9-15 Oktober 2022. Berdasarkan analisis terkini kondisi dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG, wilayah Indonesia dinilai masih cukup signifikan berpotensi mengakibatkan peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah. Hal itu dipengaruhi oleh adanya sirkulasi siklonik yang membentuk pola belokan angin, serta perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan pertumbuhan awan hujan. Ditambah aktifnya fenomena gelombang atmosfer seperti MJO (Madden Jullian Oscillation) yang berinteraksi dengan gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin, secara tidak langsung dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.
Adapun wilayah tersebut yaitu, Aceh, Sumatra Utara, Kepulauan Riau, Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali,Nusa Tenggara Barat Kalimantan Barat,Kalimantan Timur Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat,Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Sebelumnya, untuk periode 2-8 Oktober 2022 pihaknya juga telah mengeluarkan rilis potensi cuaca ekstrem. Kemudian untuk periode 8 – 10 Oktober 2022, ada beberapa wilayah yang berpotensi terdampak hujan lebat dengan kategori siaga. Diantaranya, sebagian wilayah Aceh, sebagian wilayah Banten, sebagian wilayah DKI Jakarta, sebagian wilayah Jawa Barat, sebagian wilayah Jawa Tengah, sebagian wilayah Jawa Timur, sebagian wilayah Kalimantan Barat, dan sebagian wilayah Sulawesi Tengah. “Informasi lebih rinci hingga level kecamayan, untuk potensi dampak hujan lebat dapat diakses di laman signature.bmkg.go.id,” ungkapnya.
Potensi pertumbuhan awan cumulonimbus (CB) di wilayah udara Indonesia pada tanggal 8-14 Oktober 2022 berada pada 2 kategori. Awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial maksimum antara 50-75 persen (OCNL / Occasional) diprediksi terjadi di Laut Andaman, Laut Cina Selatan, Laut Sulu, Laut Filipina, Samudera Hindia selatan Pulau Jawa hingga barat Pulau Sumatra, Sebagian kecil Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, dan Pulau Papua, Sebagian besar Pulau Kalimantan, Kepulauan Maluku, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Seram, Laut anda, Laut Aru, Samudra Pasifik Utara Pulau Papua. Sementata awan Cumulonimbus dengan persentase *cakupan spasial lebih dari 75 perzen (FRQ / Frequent) diprediksi terjadi di Laut Cina Selatan.
Sementara potensi gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia pada tanggal 8-14 Oktober 2022 diperkirakan berkisar 2.5 – 4.0 meter. Adapun daerah tersebut yaitu, Perairan utara Sabang, Perairan barat Aceh, Perairan barat P. Simeulue hingga Kep. Mentawai, Perairan P. Enggano – Bengkulu, Perairan barat Lampung, Samudra Hindia barat Sumatra, Selat Sunda bagian barat dan selatan, Perairan selatan Banten hingga Jawa Timur, Selat Bali – Lombok – Alas bagian selatan, Selat Sumba bagian barat, Perairan selatan Bali hingga P. Sumba, Samudra Hindia selatan Banten hingga P. Sumba, Laut Natuna.
Atas hal itu, pihaknya merekomendasi agar pihak terkait dapat melakukan persiapan untuk memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan, melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan secara lebih masif, melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang. Menggencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif, untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian Pemerintah Daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombang tinggi). Serta lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometrorologi. “Terus memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia. Baik melalui website resmi BMKG, akun media sosial BMKG, Aplikasi iOS dan android BMKG, Call center BMKG, atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat,” imbuhnya. (BC5)