Tabanan, balibercerita.com –
Pura Kahyangan Jagat Dalem Purwa Kubontingguh berlokasi di Desa Adat Kubontingguh, Desa Denbantas, Kecamatan Tabanan. Dari Denpasar menuju Pura Dalem Purwa Kubontingguh berjarak sekitar 24,5 km. Pura ini dipercaya sebagai tempat mendapatkan kesempurnaan spiritual dan membasmi malapetaka melalui sumber mata air keramat di Taman Beji.
Pura Dalem Purwa Kubontingguh berlokasi di pinggiran Kota Tabanan. Untuk mencapainya dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu dari jantung Kota Tabanan tepatnya di perempatan Kantor Bupati Tabanan menuju ke arah utara hingga Desa Denbantas. Kemudian dari Dusun Bakisan belok kiri menuju arah barat, lalu turun menuju lembah sungai hingga sampai di lokasi pura. Untuk jalur kedua dari Dusun Tuakilang ke utara. Sampai di Terminal Tuakilang belok ke kanan menuju Dusun Kubontingguh.
Menurut beberapa babad, salah satunya dari Usana Jawa Tokoh Magadanatha, pada waktu Resi Markandeya menyebarkan Agama Hindu menuju Jawadwipa dan selanjutnya ke Pulau Bali khususnya Wangayagede, ia merabas hutan belantara sampai di suatu tempat. Selanjutnya Sang Maharesi membuat gubuk di atas tonggak-tonggak kayu sebagai sandaran/peningguk yang sudah mendapat kekuatan dari Banaspati.
Suatu hari, gubuk tersebut mengeluarkan sinar (metu teja) yang merupakan pemberian kekuatan dari Sang Hyang Tunggal. Dari gubuk yang berada di atas tonggak bun sebagai penyangga/peningguk yang sangat tangguh itulah akhirnya kawasan itu disebut Kubontingguh dan menjadi pasraman para yogi.
Pada bagian lainnya diceritakan, Bali ditaklukkan oleh Majapahit pada abad ke-13. Kala itu, Sang Subakti Arya Kenceng mendapatkan wahyu dan kekuatan di pura ini sehingga ia bersabda keturunannya mesti sujud di Pura Kahyangan Jagat Dalem Purwa Kubontingguh.
Peninggalan yang ditemukan di pura ini, salah satunya batu besar yang berada di depan patung sapi. Batu yang ditempatkan di gedong pura tersebut merupakan salah satu peninggalan zaman megalitikum. Tak hanya itu, di Palinggih Gedong Agung terdapat ukiran chronograph yang diperkirakan menunjukkan angka tahun pembangunan atau perbaikan pura. Ukiran dimaksud berupa badan atau angga bernilai 1, senjata cakra (5), burung dan hewan bersayap (6) dan api atau dewa api bernilai (3), sehingga dapat dibaca angka tahun 1563 Caka atau 1641 Masehi.
Penamaan pura terkait erat dengan status dan fungsi pura yang sifatnya lain dari Pura Dalem. Kata Dalem menunjukkan manifestasi Tuhan dalam wujud Siwa dengan saktinya Dewi Durga sebagai pelambang peleburan. Sedangkan kata purwa diambil dari pengertian asal mula. Kata purwa juga menunjukkan pura dalam bentuk umum sebagai Kahyangan Jagat Tabanan di era kerajaan. Sementara kata Kubontingguh merujuk lokasi pura.
Lebih jauh, pengertian asal mula dimaksud adalah mulainya (kawitnya) penguasa kerajaan mendapatkan kesempurnaan spiritual untuk membasmi malapetaka. Dalam hal ini sang raja memohon ke hadapan Batari Durga dengan sarana mata air keramat di Taman Beji sebagai tempat memohon peleburan dasa mala. (BC9)