Penjaga Niskala dan Tirta Amerta di Pura Geger Dalem Pemutih

0
149
Bagian utama mandala Pura Geger Dalem Pemutih.
Bagian utama mandala Pura Geger Dalem Pemutih. (BC5)

Mangupura, balibercerita.com –  

Sejarah Pura Geger Dalem Pemutih belum diketahui pasti. Namun, masyarakat Kuta Selatan, khususnya Desa Adat Peminge, meyakini pura di atas tebing yang berbatasan langsung dengan laut selatan itu berkaitan erat dengan perjalanan suci Dang Hyang Nirartha. 

Banyak kisah menarik melingkupi pura yang berlokasi di wilayah Desa Adat Peminge, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung ini. Salah satunya, sosok gaib kera putih di salah satu pura di kawasan suci tersebut. Di balik berbagai kisah yang masih menjadi misteri, pura ini memiliki vibrasi kesucian yang luar biasa. Vibrasi yang akan menuntun jiwa-jiwa pengelana menuju samudera kesejatian. 

Bendesa Adat Peminge, I Made Warsa mengatakan, perbukitan di sekitar pura dinamakan Giri Kusuma. Ada pakar menyebutkan pura ini berada di agrananing munduk yang berarti bukit yang menjorok ke laut. Posisinya mirip dengan Pura Luhur Uluwatu. Pura Geger Dalem Pemutih juga erat kaitannya dengan perjalanan suci Dang Hyang Nirartha yang akhirnya moksa di Pura Luhur Uluwatu.

Baca Juga:   Upacara Pemahayu Jagat, Nangluk Merana di Pantai Muaya Jimbaran

Palinggih utama di pura ini berupa meru tumpang tiga sebagai stana Ratu Dalem Pemutih. Kemudian ada padmasana, Palinggih Ratu Bagus Gunung Raung, Palinggih Ratu Made Satria, tugu penyarikan, tajuk, bale banten, bale pawedan, pangerurah jaba tengah dan palinggih taru sabo sebagai cikal bakal pura ini. Diyakini, Pura Geger Dalem Pemutih merupakan sumber amertha buana atau tempat memohon kesejahteraan umat manusia. 

Masih di areal pura juga terdapat sumber air yang disebut Tirta Mumbul. Lokasinya di Pura Taman Dane Sedahan Geger yang berada di bawah bukit atau pinggir pantai. Sumbernya airnya dari dalam pasir di perairan. Air ini diyakini sebagai tirta amerta yang sangat baik digunakan untuk malukat. 

Baca Juga:   Pura Goa Giri Putri, Gua Eksotis dan Sakral di Nusa Penida 

Namun, tirta ini tidak setiap hari muncul, apalagi saat air laut pasang. Diyakini, hanya pamedek yang tulus ikhlas dan diberkati yang bisa mendapatkan tirta tersebut. “Khasiat tirta untuk penyucian diri, pengobatan, keharmonisan rumah tangga, hingga pembersihan buana agung,” katanya. 

Pujawali berlangsung tiap Purnama Sasih Kanem Pangelong Apisan. Menariknya, biasanya setelah pujawali akan turun hujan. Hal ini sebagai pertanda bagi masyarakat setempat untuk mulai bercocok tanam dan diharapkan sebelum Sasih Kesanga masyarakat sudah bisa menikmati hasilnya. 

Masyarakat meyakini, ada sosok gaib sebagai penjaga pura secara niskala. Sosoknya berwujud Wanara Petak atau Maruti. Sejumlah umat yang bersembahyang sempat menyaksikan kemunculan kera putih tersebut. Sosok ini digambarkan dalam wujud patung di bagian madya mandala pura. 

Baca Juga:   Desa Adat di Badung Ramai-ramai Tak Gelar Ogoh-ogoh

Kadangkala di saat pujawali Sang Wanara Petak merasuki salah satu pangempon. Hal ini diyakini sebagai pertanda ritual sudah berjalan dengan baik. Sementara, jika kera putih itu menampakkan diri pada pamedek, biasanya ada pesan tertentu yang akan disampaikan. Bisa terkait diri pamedek itu sendiri atau lebih luas. 

Sekretaris Sabha Desa Adat Peminge, I Wayan Suwendra menambahkan, masih banyak kejadian di luar logika yang terjadi di pura ini. Dia mencontohkan saat prosesi pakelem. Pernah suatu ketika di saat prosesi mulang pakelem atau melarung upakara di tengah lautan, air laut tiba-tiba tenang. Padahal sebelumnya ombak sedang ganas. Fenomena ini dipercaya oleh masyarakat sebagai tanda direstuinya pelaksanaan upacara tersebut. (BC13)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini