Mangupura, balibercerita.com –
Pengelola Pasar Ikan Desa Adat Kedonganan terus berupaya melakukan penataan kawasan. Hal tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap program Desa Adat Kedonganan dalam mengembangkan pesisir barat Pantai Kedonganan dengan konsep mina wisata. Salah satu upaya yang dilakukan belum lama ini adalah pengelolaan limbah cair hasil bilas ikan. Hal itu berhasil membuat kawasan Pantai Kedonganan menjadi lebih bersih, terjaga dan meminimalisir bau amis ikan.
Menurut keterangan Ketua Pengelola Pasar Ikan Desa Adat Kedonganan, Wayan Suerta, upaya pembenahan terus dilakukan pihaknya bersinergi dengan desa adat. Selain menata kawasan, sistem pengelolaan air limbah aktivitas perikanan juga menjadi atensi. Saat ini, kawasan Pasar Ikan Kedonganan telah dilengkapi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sistem itu tertanam di dekat akses masuk Dermaga Watununggul. “Sistem ini sudah ada sejak beberapa bulan lalu. Ini merupakan bantuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, atas dasar permohonan Pengelola Pasar Ikan Desa Adat Kedonganan yang berkoordinasi dengan desa adat,” ungkap pria yang akrab disapa Tenja ini
Keberadaan IPAL tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat optimal, sejalan dengan komitmen bersama-sama Desa Adat Kedonganan dalam menciptakan pasar ikan dan Pantai Kedonganan menjadi lebih bersih, tertata, dan bebas dari pembuangan limbah sembarangan. Dengan adanya IPAL, limbah cucian ikan di Pasar Ikan Kedonganan kini langsung dialirkan ke bak pengolahan, untuk kemudian diproses. Hasil pengolahan limbah cair kini bisa dimanfaatkan sebagai air bilas dan air siram. “Yang masuk ke dalam saluran IPAL itu hanya limbah cair. Dalam IPAL tersebut dilengkapi blower, bak kontrol dan filter. Jika sewaktu-waktu terdapat limbah padat yang tersangkut, maka itu akan dipungut agar tidak menyumbat saluran menuju sistem,” jelasnya.
Dipaparkannya, IPAL tersebut berkapasitas sekitar 8 ribu liter. Kapasitas tersebut relatif cukup mengakomodir volume limbah cair dari pasar ikan, yang kini rata-rata mencapai 5 ribu hingga 6 ribu liter per hari. IPAL tersebut juga dimodifikasi dengan dilengkapi overflow berkapasitas 8 ribu liter per hari. Hal itu dilakukan demi memaksimalkan kondisi sistem dengan aktivitas di lapangan. Dengan overflow tersebut, maka air limbah yang telah diolah menjadi air baku bisa terserap ke tanah, ketika air itu tidak dipergunakan. Hal ini sekaligus untuk mencegah agar IPAL itu tidak mengalami overload dan berpotensi membuat bak penampungan jebol.
Jika kondisi pasar sudah normal dalam artian pandemi Covid-19 sudah menghilang, maka volume limbah cair yang dihasilkan dari operasional pasar ikan bisa mencapai 8 liter sampai 10 ribu liter per hari. Kondisi itu tentu berpotensi membuat IPAL akan kurang maksimal bekerja. Untuk itu pihaknya mengaku akan kembali mengusulkan bantuan IPAL tersebut, sehingga nantinya Pasar Ikan Kedonganan memiliki 2 IPAL yang berkapasitas 16 ribu liter. “Kalau ada 2 kan lebih maksimal sistem bekerja. Keduanya juga akan kita lengkapi overflow, agar sistemnya juga aman,” imbuhnya. (BC5)