Mangupura, balibercerita.com –
Sebagai kawasan pariwisata terintegrasi yang sering dijadikan venue event besar nasional dan internasional, Nusa Dua masih dihadapkan dengan permasalahan suplai air bersih. Mengatasi hal itu, Indonesia Tourism Development Corporation Nusantara Utilitas (ITDC NU) melaksanakan membangun fasilitas penyediaan air bersih dan natural gas kawasan melalui jaringan pipa.
Ground breaking pembangunan fasilitas terpadu itu dilaksanakan pada Jumat (24/11), dengan target beroperasi pada Juni 2024. Direktur Utama ITDC NU A.A. Istri Ratna Dewi menerangkan, pembangunan kedua fasilitas ini merupakan cita-cita awal pihaknya. Hal ini sesuai dengan tugas yang diberikan kepada ITDC NU selaku anak perusahaan ITDC dalam memenuhi kebutuhan esensial seperti, listrik, air bersih, gas, ICT, dan utilitas pendukung lainnya dengan konsep sustainable dan ramah lingkungan.
“Upaya ini kita lakukan untuk menjaga standar internasional kawasan Nusa Dua. Ini menjadi komitmen kami sebagai agent of development pemerintah, bahwa apa yang kami rencanakan dan dikerjakan memiliki konsep yang matang dengan mengedepankan sustainabilitas dan mengikuti regulasi pemerintah,” ucapnya.
Kedua utilitas terpadu yang dikerjasamakan ini memiliki nilai investasi sebesar Rp110 miliar. Untuk pemenuhan air bersih, kerja sama dilakukan dengan KSO PT Memiontec Indonesia-PT Bayu Surya Bakti Konstruksi (KSO MIT-BSBK) melalui mekanisme Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) dengan Service Level Agreement atau pengolahan air laut yang ramah lingkungan.
Sedangkan untuk gas, mereka mengembangkan terobosan bisnis dengan menyediakan natural gas melalui jaringan pipa bekerjasama dengan KSO PT National Energy Solutions-PT Laras Ngarso Gede (KSO NES – LARAS). Hal itu dilakukan untuk mendukung program pemerintah pusat terkait stabilitas energi nasional, sekaligus mengimplementasikan Peraturan Gubernur Bali Nomor 45 Tahun 2019 tentang Bali Energi Bersih.
Penyediaan dan penyaluran natural gas ini merupakan pilot project pertama di Indonesia dalam pemanfaatan energi bersih melalui infrastruktur jaringan pipa di dalam kawasan pariwisata. Pengadaan kedua utilitas ini menawarkan keandalan kualitas, kontinuitas, dan kuantitas suplai. Hal ini sekaligus untuk mencegah terjadinya praktik-praktek yang kurang memperhatikan lingkungan terjadi di kawasan Nusa Dua seperti, pemanfaatan air bawah tanah (ABT) secara berlebihan, serta penyalahgunaan gas subsidi yang notabene menjadi hak rakyat yang membutuhkan.
Selama ini, suplai air bersih di kawasan Nusa Dua sepenuh dilakukan Perumda Air Minum Tirta Mangutama Kabupaten Badung. Namun, terkadang suplainya mengalami masalah dan kendala. Pernah ada kejadian suplai di kawasan Nusa Dua mati selama 5-7 hari sehingga menjadi masalah serius karena kawasan tersebut didesain 3 hari air mati masih bisa beroperasi. Karena itu, dibentuklah ITDC utilitas yang bertujuan menjamin layanan kepada para tenant dan wisatawan.
“Awalnya pipa air di sini hanya untuk memenuhi kebutuhan Nusa Dua saja. Seiring perkembangan, kebutuhan air ini menjadi meningkat di masyarakat. Jadi, kami harus menyiapkan strategi agar tidak ada krisis air seperti 10 tahun lalu,” katanya.
Kendati memanfaatkan SWRO, suplai air bersih dari Perumda Tirta Mangutama tidak akan terputus. Ia mengaku sudah membicarakan hal ini kepada pihak terkait, bahwa project itu bukanlah project sendiri melainkan memerlukan sinergi dan dukungan dari perumda, karena ITDC merupakan perusahaan negara.
Untuk sementara, air SWRO sifatnya hanya untuk mem-back up suplai air perumda. Dalam artian, suplai air bersih ke kawasan Nusa Dua tidak lagi mengandalkan 100 persen dari perumda. “Jadi, suplai perumda akan tetap ada, tapi itu kerja samanya dengan kami. Ini kami lakukan sekaligus untuk mengurangi beban perumda karena mereka juga harus memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat,” jelasnya.
Sebagai tahap awal, pengolahan air laut melalui SWRO ini akan dilakukan secara bertahap sampai nantinya dapat memenuhi kebutuhan air bersih di kawasan Nusa Dua yang mencapai 10 ribu kubik per hari untuk MCK dan 10 ribu kubik untuk penyiraman tanaman. Tidak menutup kemungkinan ke depannya produksinya juga dapat dikerjasamakan dengan perumda untuk memenuhi kebutuhan suplai kepada masyarakat. Air bersih yang nantinya dihasilkan memiliki standar air minum dengan bentuk infrastruktur air bersih. (BC5)