Denpasar, balibercerita.com –
Lahir di Denpasar tahun 2017, kelompok musikalisasi puisi, Senja di Cakrawala semakin eksis mewarnai blantika musik Bali. Pada Rabu (12/10), mereka tampil mengisi acara Pentas Musikalisasi Puisi Suara Kata Semesta Kita pada Festival Seni Bali Jani (FSBJ) IV Tahun 2022.
Pentas Musikalisasi Puisi Suara Kata Semesta Kita juga menampilkan sejumlah musisi dari berbagai kota di tanah air diantaranya Nankinun (Yogyakarta), Jose Rizal Manua (Jakarta), Tan Lio Ie (Denpasar), Kelompok Sekali Pentas (Denpasar), Komunitas Budang Bading Badung (Badung) dan Teater Jineng (Tabanan). Pentas itu merupakan program Adilango (pergelaran) dalam ajang FSBJ IV tahun 2022, di gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar, Provinsi Bali.
Mereka ampil mengusung konsep hulu-hilir yang menggambarkan kehidupan yang selayaknya air, mengalir dari hulu ke hilir. Menjadi pusat dan awal sebuah kehidupan dan berakhir dalam muara kehidupan. Meskipun dalam lika-likunya dapat memberikan manfaat ataupun mencemari kehidupan, hilir tetap menjadi akhir dari setiap perjalanan. Hal itu selaras dengan tema FSBJ IV Tahun 2022 tentang Air Sumber Peradaban.
Serupa air, kerinduan menjadi aliran sungai yang memberikan keikhlasan dan doa-doa harapan bagi sekitarnya, begitu pula Musikalisasi puisi Di Taman Itu, Jejakmu Masih Terasa karya Moch Satrio Welang yang menjadi sajian pertama dari Senja di Cakrawala. Mereka juga membacakan puisi Gemuruh Laut karya Wayan Jengki Sunarta dan musikalisasi puisi Ulun Danu karya Erkaja Pamungsu.
“Menurut kami, ulun danu adalah bagaimana air begitu dimuliakan bagi kehidupan. Sedangkan air pun bisa memporak porandakan pikiran dan perasaan seperti pada puisi gemuruh laut,” ungkap personel Senja Di Cakrawala, Yoga Anugraha.
Sebagai arranger di Senja di Cakrawala, ia menceritakan bagaimana memadukan musik, puisi dan tarian sehingga musikalisasi puisi menjadi lebih atraktif. Mereka menjadikan penari tidak hanya sekadar tempelan pada pementasan, tapi menjadi cara lain dalam menyampaikan rasa dari puisi-puisi.
Colby Aria selaku pemain dan sequencer arranger dari Senja di Cakrawala menambahkan, penampikan Senja di Cakrawala yang juga disiarkan di Youtube Disbud Provinsi Bali itu menyajikan konsep full band dengan menggunakan sequencer. Penggunaan sequencer itu membuat suasana pementasan menjadi lebih hidup karena diiringi dengan musik orkes di dalamnya. Hal tersebut menjadi napas baru dalam perkembangan eksplorasi musikalisasi puisi di Bali. Pasalnya, Senja di Cakrawala menjadi kelompok pertama yang berhasil menggunakan sequencer, dengan menggabungkan musik modern dan kontemporer tanpa mengurangi makna dari penyampaian puisi. (BC5)