Singaraja, balibercerita.com –
Perguruan tinggi serta berbagai tokoh dan elemen masyarakat di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, mendeklarasikan Rumah Moderasi Beragama, Senin (5/9), di aula kantor Perbekel Tembok. Deklarasi ini sebagai wujud dan komitmen menjaga kerukunan dan saling menghargai antarpemeluk agama.
Acara ini dilaksanakan mengingat penduduk di desa paling timur Kabupaten Buleleng ini sangat heterogen dari terdiri atas berbagai agama. Deklarasi Rumah Moderasi ini sejatinya merupakan rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh Prodi Ilmu Komunikasi STAHN Mpu Kuturan Singaraja yang bekerja sama dengan JaWara Internet Sehat, ICT Watch, Kominfo dan Siberkreasi.
Kegiatan dihadiri Ketua STAHN Mpu Kuturan, Dr. I Gede Suwindia, S.Ag, M.A., Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, I Gusti Ayu Desy Wahyuni, S.Sn., M.Pd.H. Ketua Jurusan Dharma Duta Nyoman Suardika, S.Ag., M.Fil.H., dan JaWara Internet Sehat Bali, I Komang Agus Widiantara, M.I.Kom., Perbekel Tembok Dewa Komang Yudi Astara, Kelian Desa Adat Tembok, I Dewa Putu Kantun, Kelian Desa Adat Ngis, I Made Arijaya, Ketua BPD Tembok, I Made Suarna, Majelis Alit Kecamatan Tejakula Ketut Rumastika, tokoh masyarakat Hindu, Dewa Putu Tjakra, perwakilan pemuda Hindu, Dewa Ketut Willy Asmawan, Ketua Takmir Masjid Al Ihsan Yehbau Lahmudin, serta tokoh pemuda Muslim di Tembok, Budiman.
Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja Gede Suwindia menjelaskan, pihaknya ditunjuk sebagai rumah yang merawat moderasi beragama sebagai perpanjang tanganan dari Kementerian Agama. Di tengah kencangnya arus teknologi, isu agama menjadi sangat sensitif dan kerap menimbulkan konflik horizontal antarpenganut agama apabila hoax tidak diantisipasi. Padahal, Indonesia adalah negara yang berdiri dengan berbagai bentuk keyakinan agama.
“Sekarang musuh kita tidak hanya di hati, tetapi juga di jempol. Kalau tidak hati-hati dalam menggunakan jempol dalam bermedsos, bisa menjadi petaka. Maka dari itu saring sebelum sharing sehingga tidak menimbulkan persoalan kedepannya,” paparnya.
Suwindia menekankan agar masyarakat tetap memilah-milah dalam bermedsos. Karena banyak yang berusaha melakukan adu domba dengan berbagai cara. Terlebih, dalam dunia politik, isu agama adalah yang paling seksi. Suwindia pun meminta agar masyarakat mewaspadai tahun politik 2024 yang kerap mengadu domba dengan isu agama.
“Jangan sampai gara-gara politik, kita yang sudah rukun, guyub, malah benturan gara-gara afiliasi politik. Gunakan media sosial dengan bijak, bangun budaya literasi digital dengan baik. Untuk itu, ayo membangun moderasi, menjaga toleransi, membangun kearifan lokal yang kita miliki dalam menjaga spirit kerukunan beragama di Tembok,” ujarnya. (BC10)