Gianyar, balibercerita.com –
Semua orang memiliki nama. Nama pada umumnya dibuat untuk menunjukkan identitas diri dan sosial pemiliknya. Dalam ajaran Hindu di Bali, menurut Ida Pedanda Gede Buruan dalam bukunya yang berjudul “Tenung Jodoh Nama Praktis”, pemberian nama untuk anak merupakan salah satu tugas orangtua.
Dari nama yang diberikan, banyak orangtua menaruh berbagai harapan, seperti berharap kelak anaknya menjadi anak yang rajin, menjadi orang yang berbakti, selalu beruntung, dan berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Namun, ada beberapa orangtua yang berprinsip, apalah arti sebuah nama sehingga memberi nama hanya berdasarkan tradisi dan asal usul saja.
Belakangan, muncul nama-nama yang terkesan modern, yang berdasarkan nama hari atau nama bulan kelahiran. Contohnya, Soma, Anggreni, Juniari, dan sebagainya. Di samping itu, juga muncul nama-nama orang Bali yang berbau asing, seperti Wayan Robert, Putu Erwin dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Berkaca pada hal tersebut, Ida Pedanda Gede Buruan melalui buku “Tenung Jodoh Nama Praktis”, menjabarkan tata cara pemilihan nama atau pemberian nama agar sesuai dengan sastra-sastra Hindu. Selain itu, dalam Kitab Manawa Dharma Sastra disebutkan, orangtua hendaknya melakukan upacara namadheya untuk anaknya pada umur 10 atau 12 hari setelah kelahirannya atau pada waktu hari baik dalam kedudukan Mahurta, di bawah bintang-bintang kebahagiaan. Setiap kelahiran seseorang dipercaya membawa aksara sucinya sendiri.
Dalam bukunya, Ida Pedanda Gede Buruan menyebutkan, apabila Panca Wara-nya Umanis, maka aksaranya adalah Ha, Na, Ca, Ra, Ka, dengan arah di timur. Kelahiran Paing, arah di selatan aksaranya Da, Ta, Sa, Wa, La. Kelahiran Pon, di barat dan aksaranya, Pa, Dha, Ja, Ya, Nya. Kelahiran Wage arahnya utara, menguasai huruf Ma, Ga, Ba, Tha, Nga. Uniknya, kelahiran Kliwon yang berada di tengah, memiliki posisi netral sehingga menguasai semua huruf di atas termasuk vokal A,I,U,E,O,E.
Berdasarkan huruf-huruf yang dikuasai oleh masing-masing Panca Wara tersebut, yang disesuaikan dengan hari Panca Wara kelahiran, maka akan didapat bahan huruf-huruf untuk huruf pertama nama seseorang atau huruf selanjutnya sebagai dasar membuat nama pokok. Intinya, semakin banyak huruf tersebut muncul dan digunakan maka akan menjadi semakin baik.
Misalnya, kelahiran Umanis menguasai huruf Ha, Na, Ca, Ra, Ka, maka kemungkinan nama yang akan muncul antara lain I Wayan Caka, Raka, Narka, Rai, Rana, dan lain sebagainya. “Sesungguhnya, nama-nama yang telah sesuai dengan sastra-sastra Hindu ini dapat digunakan dalam penentuan jodoh yang berdasarkan makna nama termasuk makna huruf yang digunakan. Dengan nama yang sesuai dengan sastra, makan keakuratan hasil tenung jodoh akan semakin diyakini kebenarannya,” ujar sulinggih dari Griya Sanding, Pejeng, Gianyar ini. (BC18)