Bikin Bangga, Seniman Bali Juarai Festival Internasional Salju dan Es Harbin ke-26

0
88
Seniman
Himpunan Seniman Pecatu saat mengukir patung es dengan bentuk barong dan rangda. (ist)

Mangupura, balibercerita.com – 

Harbin International Snow Sculpture Competition merupakan festival salju tahunan yang diadakan di kota Harbin, ibu kota Provinsi Heilongjiang, timur laut Tiongkok. Tahun ini, Festival Internasional Salju dan Es Harbin ini memasuki tahun ke-26. Indonesia melalui para seniman Bali kembali berhasil menyabet sejumlah prestasi pada ajang yang diselenggarakan 6-9 Januari 2024.

Dalam kompetisi yang diikuti oleh 120 seniman pemahat dari 30 negara ini Indonesia mengirimkan 2 tim yang terdiri dari tim Indonesia I dan Tim Indonesia II. Tim Indonesia I merupakan Himpunan Seniman Pecatu yang beranggotakan I Nyoman Sungada, I Wayan Mardina, Putu Andi Pebriana dan I Putu Rian Adi Pranata. Mereka berhasil meraih Juara III, bersanding dengan tim dari China yang meraih Juara I dan tim Korea yang meraih Juara II.

Sedangkan Tim Indonesia II diwakili oleh Bali Talent Artist yang beranggotakan I Ketut Suaryana, I Gede Agustin AP, I Dede Arya Adnyana, dan Putu Gede Ananta Wijaya. Mereka juga berhasil menyabet penghargaan Best Excellent. Mereka mengangkat konsep burung membawa karung dan kepala bayi. 

I Nyoman Sungada selaku Ketua Tim Indonesia I menerangkan, dalam kompetisi pihaknya mengangkat tema Rwa Bhineda dalam bentuk barong dan rangda. Tema ini mencerminkan filsafat budaya Bali yang menggambarkan pandangan dunia yang berorientasi pada keseimbangan hubungan dan harmonisan antara dua unsur berlawanan yang saling melengkapi. Tema ini berasal dari ide dan pengalaman lomba yang diikuti sebelumnya, dengan penekanan nilai filosofis dan originalitas. 

Baca Juga:   Gol Tunggal Spaso Antarkan Bali United Naik ke Peringkat Dua

“Kita mengangkat tema rwa bhineda di Bali, dengan simbol barong dan rangda. Kalau dilihat dari segi keunikan, kesulitan, artistiknya juga dapat. Tema ini juga nyambung dengan konsep di China yaitu Yin dan Yang. Jadi, menurut kami ide ini sangat cocok,” ungkapnya.

Proses seleksi tim dilakukan langsung oleh pihaknya selaku Ketua Himpunan Seniman Pecatu. Hal itu untuk memastikan mereka yang diajak berkompetisi mampu dan paham membuat bentuk tema yang ingin ditampilkan. Sebab mengukur bentuk kayu maupun styrofoam itu berbeda dengan memahat salju dan alatnya berbeda dengan mengukir di media lainnya. 

“Dari awal kita berangkat ke ajanh Internasional, kita selalu melakukan seleksi. Siapa yang sudah paham, secara bergiliran setiap tahunnya kita ajak dua orang yang sudah berpengalaman, dua lainnya mereka yang sudah paham dengan bentuk,” terangnya.

Baca Juga:   Tips Bagi Anda yang Susah Tidur

Sebelum berangkat ke ajang internasional, ia melatih peserta untuk belajar dalam media miniatur yang dibuat. Hal ini untuk mengasah dan membiasakan dalam teknis pembuatan di lapangan dengan skala yang lebih besar. Saat di lokasi, para seniman diminta bekerja sesuai instruksinya. 

Adapun media salju yang dipergunakan dalam perlombaan berukuran setinggi 4 meter dengan diameter 3×3 meter. Proses pengerjaan patung salju berlangsung selama tiga setengah hari. Yaitu dari 6 Januari 2024 dan hasilnya diumumkan pada 9 Januari 2024. 

Selama berkompetisi, tantangan yang dihadapi pihaknya adalah suhu ekstrem di Harbin yang mencapai minus 26-30 derajat Celcius. Beruntung kondisi itu hanya terjadi pada pagi hari. 

Menjaga keseimbangan stamina tubuh sangat diperlukan selama proses pengerjaan patung yang dilakukan dalam dua sesi, yaitu pukul 09.00 sampai 12.00 dan pukul 13.00 sampai 19.00 waktu setempat. Para seniman hanya diberikan waktu istirahat satu jam selama pengerjaan.

Ia mengaku sudah 8 kali mengikuti festival itu sejak tahun 2013. Setiap penampilan tim Indonesia yang diwakili Bali, para pengunjung dan peserta lomba selalu antusias menyaksikan. Sebab yang ditampilkan dari seniman Bali adalah tema terkait tradisi Bali. Ia berharap melalui pencapaian itu dapat membuka akses lebih lanjut bagi para seniman Bali untuk dapat berkiprah di kancah internasional. 

Baca Juga:   Bandara Ngurah Rai Andalkan Pergerakan Penumpang Domestik

Pemerintah diharapkan dapat memberikan dukungan penuh secara berkesinambungan. Ia menilai keikutsertaan dalam kompetisi ini sangat penting untuk menambah wawasan, mengasah skill dan mental, berinovasi dan mengembangkan seni, serta mengangkat nama Indonesia ke internasional.

Menurutnya, jika para seniman Bali hanya bergulat di seni tradisional, maka mereka tidak akan keluar dari zona nyaman. Para seniman dari kalangan generasi muda harus tahu bagaimana perkembangan seni dan seluas mana seni di internasional. Dengan demikian wawasan, mrntal dan inovasi seni di Bali akan lebih berkembang, tentunya tanpa meninggalkan akar budaya Bali itu sendiri. 

“Saat berangkat lomba ke internasional, saya merasa sudah bisa. Namun sesampainya di sana, saya merasa kecil sekali melihat karya internasional yang begitu beragam dan banyak. Itu yang perlu ketahui agar kita tidak hanya hebat di dalam tempurung. Kalau kita sudah keluar kita banyak tahu kekurangan dan bisa belajar lebih giat lagi,” imbuhnya. (BC5)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini