Jakarta, balibercerita.com –
Dua bandara yang ada di bawah naungan PT Angkasa Pura I berhasil mendapat penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi (PSBE) tahun 2022, yang diselenggarakan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (Kementerian ESDM). Penghargaan ini merupakan bentuk penghargaan tertinggi yang diberikan Kementerian ESDM kepada stakeholder yang berhasil melaksanakan program efisiensi energi, konservasi energi, dan penurunan emisi gas rumah kaca atau greenhouse gas.
Sebagai peraih penghargaan PSBE, Angkasa Pura I selanjutnya berhak untuk mewakili Indonesia dalam ajang ASEAN Energy Award dan Clean Energy Ministerial Leadership Award. Event ini merupakan kegiatan tahunan regional ASEAN yang diselenggarakan ASEAN Center for Energy (ACE) dalam rangka mempromosikan pemanfaatan energi baru terbarukan serta penerapan efisiensi dan konservasi energi di regional Asia Tenggara.
Sementara, Clean Energy Ministerial Leadership Award merupakan penghargaan yang diberikan kepada perusahaan yang menunjukkan keberhasilan serta inovasi dalam penerapan ISO 50001:2018 Sistem Manajemen Energi.
Dua bandara yang mendapat penghargaan adalah Bandara I Gusti Ngurah Rai dengan menyabet peringkat 1 pada Kategori Manajemen Energi pada Industri dan Bangunan Gedung Sub Kategori Gedung Besar, serta peringkat 3 yaitu Bandara Internasional Yogyakarta pada kategori Gedung Hemat Energi Sub Kategori Gedung Hijau.
Dalam penghargaan yang diselenggarakan pada Rabu (5/10) sore tersebut, Angkasa Pura I mengirimkan perwakilan peserta yang terdiri dari Jimmy Yan Eka Putra Tampubolon dan Abdullah Faqih Ulumidin yang mewakili Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, serta Panggih Kurnia Adhi, Ersan Wijayanto, dan Fahmi Adhi Prayoga yang mewakili Bandara Internasional Yogyakarta.
Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi menerangkan, pencapaian yang berhasil diraih dua bandara yang dikelola oleh Angkasa Pura I merupakan penegasan dan wujud apresiasi atas komitmen perusahaan dalam mewujudkan misi memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan. “Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali dan Bandara Internasional Yogyakarta merupakan dua bandara kami yang secara konsep dan dalam operasionalnya sangat memperhatikan aspek-aspek pelestarian lingkungan hidup, manajemen energi, dan manajemen sumber daya air. Kami merasa bangga dengan raihan ini, serta berkomitmen untuk terus meningkatkan kontribusi kami terhadap pelestarian lingkungan hidup,” terangnya.
Dipaparkannya, Bandara Ngurah Rai Bali adalah salah satu infrastruktur pilot project penerapan Sistem Manajemen Energi atau Energy Management System (EnMS) menuju ISO 50001:2018. Ini merupakan kerja sama antara United Nations Development Programme (UNDP) dengan Pemerintah Indonesia. Program kerja sama diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam (Ditjen EBTKE Kementerian ESDM) pada tahun 2021 silam.
Atas implementasi sistem manajemen energi tersebut, hingga Agustus tahun 2022 Bandara I Gusti Ngurah Rai mampu melakukan penghematan energi sebesar 21.130.628 kWh atau setara dengan penghematan biaya listrik sebesar Rp25.103.185.993 dengan asumsi biaya listrik Rp1.188 per kWh. Bandara I Gusti Ngurah Rai juga mencatatkan penurunan emisi gas rumah kaca atau greenhouse gass sebesar 16.693 ton CO2e.
Sedangkan Bandara Internasional Yogyakarta merupakan bandara kelolaan Angkasa Pura I yang dirancang, dibangun, dan dikelola dengan memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup. Diantaranya melalui penggunaan perangkat utilitas yang ramah lingkungan, penerapan manajemen energi, dan manajemen sumber daya air. Atas berbagai upaya itu, Bandara Internasional Yogyakarta merupakan bandara pertama di Indonesia yang berhasil meraih sertifikat Gold Greenship dari Green Building Council Indonesia (GBCI) di tahun 2021 silam.
Atas berbagai upaya yang dilakukan, Bandara Internasional Yogyakarta berhasil mencapai penghematan penggunaan listrik hingga 25,15% atau 119,21 kWh/m2/tahun. Hal ini setara dengan penghematan biaya listrik sebesar Rp 16,8 miliar per tahun dengan asumsi biaya listrik Rp1.065,78/kWh. Bandara Internasional Yogyakarta juga berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 14.093 ton CO2e/tahun, serta penghematan air hingga 53,01% atau 16,68 liter/orang/hari. “Kedua bandara yang kami kelola tersebut juga kami jadikan percontohan dalam rangkaian KTT G20 tahun 2022,” jelasnya.
Untuk Bandara Internasional Yogyakarta, pihaknya menampilkan dan mempromosikan perwujudan green airport kepada delegasi yang hadir dalam agenda Energy Transitions Working Group yang berlangsung pada akhir bulan Maret lalu. Sedangkan untuk Bandara I Gusti Ngurah Rai yang merupakan pintu gerbang utama delegasi KTT G20 di Bali, pihaknya telah mengimplementasikan sejumlah kebijakan terkait konservasi lingkungan hidup. Salah satunya adalah melalui pembangunan PLTS. “Tentunya merupakan hal positif yang dapat kami angkat ke mata dunia melalui event akbar ini,” imbuhnya. (BC5)