Tabanan, balibercerita.com –
Peristiwa sang ayah digigit ular menjadi momen yang tak terlupakan bagi Ni Putu Astridayanty, S.Pd.B. Sebab, kejadian itulah yang membuat Astrid mulai tertarik dengan berbagai hal terkait ular.
“Saat usia 18 tahun, karena almarhum bapak kena gigitan ular hijau di halaman rumah pas bersih-bersih, dari sana saya tertarik untuk mengetahui semua hal tentang ular,” ujarnya.
Sejak usia 18 tahun itu pula Astrid mulai memelihara ular dengan jenis antara lain, piton, boiga, boa dan jali. Namun sekarang ia sudah tidak memelihara ular di rumah. Semua ular peliharaannya sudah diserahkan ke Bali Reptile Rescue (BRR). Tujuannya agar perawatan dan keselamatan hewan tersebut lebih terjamin.
Astrid kini menekuni pertunjukan menari bersama ular. Berkat profesi yang dilakoninya sejak umur 20 tahun itu, ia pun dijuluki Ratu Ular. “Itu awalnya ide dari teman-teman. Dulu konsepnya hanya membawa ular ke mana-mana. Hanya disewakan untuk foto-foto dan kolaborasi sama fire dance, sexy dance, dan lain-lain. Akhirnya sampai sekarang menjalani show dan edukasi,” ucap Astrid.
Selain di dunia pertunjukan, ia juga banyak memberikan edukasi ke masyarakat mengenai hewan yang kerap dihindari oleh manusia tersebut. Menurutnya, ular memiliki karakter unik di antara hewan lainnya. Insting ular juga paling kuat. Suatu hal yang bagi Astrid sangat menarik untuk dipelajari. “Saat kita marah atau emosi, ular itu pasti ikut tidak bisa diam. Sebaliknya, saat kita tenang, ular akan tenang,” ujar perempuan dari Desa Kelaci, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan ini.
Meski telah bertahun-tahun mempelajari karakteristik ular, tetap saja Astrid memiliki pengalaman buruk terhadap hewan tersebut. Ia pernah merasakan digigit seekor kobra. Maka dari itu, ia berpesan agar kewaspadaan tetap menjadi bagian terpenting saat berhadapan dengan ular. (BC3)