Mangupura, balibercerita.com –
Para delegasi yang hadir di pertemuan The G20 Joint Finance-Health Deputies Meeting (JFHDM) dan The G20 2nd Joint Finance-Health Ministers Meeting (JFHMM) menunjukkan ketertarikan dengan sejumlah produk hasil mitra binaan (UMKM) Indonesia Eximbank/Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Produk berorientasi ekspor ramah lingkungan yang disajikan pada booth yang disediakan berupa produk spa, aromaterapi, kosmetik, dan makanan.
Salah satu produk aromaterapi dan spa yang menyedot perhatian adalah produk yang dihasilkan oleh CV Bali Ayu. Produk UMKM asal Blahbatuh itu banyak diminati oleh para delegasi untuk dijadikan buah tangan. Produk ini menggunakan bahan baku yang berasal dari bahan-bahan alami tanpa campuran bahan kimia, hingga menerapkan prinsip zero waste dalam proses produksinya. Zero waste merupakan salah satu upaya untuk meminimalisir sampah mulai dari produksi sampah berakhirnya suatu produksi. Konsep zero waste dapat menerapkan prinsip 3R yaitu reduce, reuse and recycle.
Pemilik CV Bali Ayu, Komang Yatik menyampaikan bahwa dalam proses produksi aromaterapi dan kosmetik menggunakan bahan-bahan alami. Selain itu pihaknya juga menggunakan limbah bekas upacara adat Bali, seperti batok kelapa dan dagingnya untuk diolah menjadi handicraft. “Jadi prinsip zero waste benar-benar kami terapkan,” ujar Komang, Minggu (13/11).
Salah satu delegasi asal Tiongkok diakuinya cukup tertarik untuk membeli beberapa produk spa seperti sabun mandi, lotion, body butter, dan body mist. Ketertarikan itu muncul setelah melihat kemasan dan mengetahui material yang digunakan produk berasal dari bahan-bahan alami dan memberikan testimoni. Sabun itu juga memiliki kemasan yang unik berbentuk mangga, nanas, dan lotion dengan harum lemongrass memiliki tekstur yang lembut.
Selain produk spa dan aromaterapi, produk cokelat buatan Mason Bali juga digemari oleh para delegasi yang mampir dan tergoda untuk mencicipi tester cokelat di booth Indonesia Eximbank. Mereka juga kagum dengan cerita Desa Devisa Kakao Jembrana yang diinisiasi oleh LPEI. Produk cokelat buatan Mason masuk dalam kategori artisan craft chocolates, dan mayoritas bahan bakunya menggunakan biji kakao fermentasi yang berasal dari Desa Devisa Kakao Jembrana.
Ida Ayu Pratiwisari Pidada alias Chef Tiwi, sosok di balik Mason Chocolate, menjelaskan bahwa Indonesia itu kaya akan tanaman cokelat dan setiap daerah memiliki karakteristik. “Mason menggunakan biji kakao fermentasi asal Jembrana dari Koperasi Kerta Semaya Samaniya, karena kualitas dan menjadi salah satu andalannya dan cita rasa yang dimiliki. Sehingga saat ini kakao fermentasi Jembrana menjadi produk cokelat single origin pertama yang di-create oleh Mason,” ujar Chef Tiwi. (BC5)