Mangupura, balibercerita.com –
Menyajikan hidangan gurita kering dan ikan laut berkuah kental khas bumbu Bali, warung makan Men Koncreng tidak pernah sepi dari pembeli. Berjualan sejak pukul 09.00, makanan yang disajikan Men Koncreng rata-rata ludes pada pukul 15.00 Wita. Bagi Anda yang suka dengan hidangan laut sederhana khas Bali, patut mencoba makanan ini. Dijamin Anda akan ketagihan dengan makanan yang disajikan.
Berlokasi di Jalan Siligita Selatan, dekat traffic light simpang Siligita. Bagi Anda yang baru pertama kali datang berbelanja, akan cukup kebingungan mencari lokasi warung. Sebab warung ini tidak seperti warung makan biasanya. Sebab, Ni Wayan Karni selaku pemilik warung juga berjualan snack dan minuman ringan.
Adapun menu yang ditawarkan Men Koncreng berupa makanan olahan ikan laut, seperti daging gurita yang dipotong-potong kecil dan digoreng kering. Hidangan ini menawarkan sensasi renyah, namun masih terasa kenyal seperti tekstur daging gurita. Anda juga dapat menikmati daging ikan tawas dibalur bumbu santan kuning yang pekat. Selain itu juga terdapat be gerang atau ikan teri kering yang berbumbu pedas manis dan sajian jukut urap dalam seporsi makanan yang dihidangkan. Anda dapat memilih makanan berupa tipat atau nasi yang disediakan sesuai selera.
Warung yang telah berdiri sejak tahun 1990-an ini cukup terkenal di masyarakat. Sebab bumbu makanan ini sangat kental dengan bumbu bali dengan rasa pedas, pekat berserat, dan manis, yang tentunya menggugah selera. Kendati berukuran cukup kecil, namun tidak sedikit pejabat daerah yang sengaja mampir untuk makan di tempat ini. Satu porsi makanan disajikan senilai Rp25 ribu.
Ni Wayan Karni alias Men Koncreng mengaku bahwa makanan yang disajikannya cukup digemari, sehingga relatif cepat ludes terjual. Kendati cukup banyak peminat, ia belum berpikir untuk menambah produksi, demi menjaga cita rasa dan kepuasan pelanggan. Semula ia mengaku juga menghidangkan kepiting rajungan dalam seporsi makanan yang dijual. Namun karena saat ini kondisi kepiting sudah berkurang akibat pembangunan jalan tol, maka menu itu kemudian dihilangkan.
“Biasanya kami menangkap kepiting rajungan itu. Saat itu belum ada jalan tol. Ketika ada jalan tol, kondisinya sulit dicari dan saya putuskan meniadakan menu itu,” ucapnya.
Ia pun mengaku mulai kembali berpikir untuk menambah variasi menu. Namun karena harga kepiting rajungan yang cukup mahal dan kondisi perekonomian masyarakat yang belum stabul, maka hal ini belum bisa direalisasikan dalam waktu dekat. (BC5)