Mangupura, balibercerita.com –
Berangkat dari keprihatinan atas masalah minyak goreng bekas (minyak jelantah) yang kerap masih dibuang sembarangan, komunitas pecinta lingkungan, Laksana Becik bergerakan mengumpulkan minyak jelantah di masyarakat. Sebagai pilot project program penanganan limbah minyak jelantah, mereka mengajak siswa SMPN 1 Kuta Selatan dan SDN 11 Jimbaran untuk ikut peduli akan masalah tersebut.
Para siswa diajak mengumpulkan minyak jelantah dari rumah, untuk dibawa dan dikumpulkan di sekolah. Pada program edukasi ini, Laksana Becik juga menggandeng Rotary Club Jimbaran, yang memiliki program pengentasan stunting di Badung.
Menurut perwakilan Laksana Becik, Cahaya Kurniawan, S.Sos., saat ini pembuangan limbah minyak jelantah terkadang masih dilakukan secara sembarangan. Bahkan, seringkali minyak jelantah ini dibuang ke sungai, selokan atau langsung dibuang ke tanah. Padahal perilaku semacam itu sangat bahaya, karena dapat merusak ekosistem perairan, mencemari tanah, hingga dapat menyumbat saluran air.
Di sisi lain, pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan atau berulang-ulang, tentu dapat merusak kesehatan manusia, yakni dapat menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. Untuk itu, penting untuk dilakukan penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan bencana atau kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan. “Sebenarnya limbah minyak jelantah ini dapat diolah dengan baik supaya tidak berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan,” ujarnya.
Berangkat dari permasalahan inilah, Laksana Becik bergerak mengedukasi masyarakat, termasuk generasi muda untuk lebih peduli dengan lingkungan, terutama terkait masalah limbah minyak jelantah. Sebagai komunitas yang baru berdiri di Bali, mereka mengajak masyarakat untuk mengumpulkan minyak jelantah agar tidak merusak lingkungan.
Langkah itu dimulai dengan mengedukasi para siswa agar ikut menjaga lingkungan tetap bersih, dan tidak membuang limbah jelantah ke alam. Sebab, limbah jelantah yang bila dibuang ke alam, dan dalam waktu yang lama tentu akan mencemari lingkungan. “Kami dari Laksana Becik ingin menanamkan kesadaran sejak dini terkait permasalahan lingkungan, khususnya masalah limbah jelantah,” kata pria yang arab disapa Wawan ini.
Selain itu, mereka juga berkolaborasi dengan Rotary Club Jimbaran, dalam upaya meningkatkan kesadaran siswa dalam menjaga lingkungan dan ikut mensukseskan program pengentasan stunting. Hal itu sesuai dengan penamaan Laksana Becik, yang berarti perilaku yang baik. Melalui nama ini, mereka ingin ikut berkontribusi dalam menjaga lingkungan agar tetap bersih.
Kepala SMP Negeri 1 Kuta Selatan, I Gede Antika menyampaikan apresiasi terhadap program gerakan pengumpulan minyak jelantah ini. Program tersebut merupakan salah satu ide untuk edukasi terhadap anak, berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan.
Ke depan, pihaknya akan mengupayakan para siswa, guru dan pegawai, yang menjadi warga SMP Negeri 1 Kuta Selatan, agar bisa bersama-sama, bahu-membahu, ikut melakukan edukasi terhadap minyak jelantah yang merupakan salah satu penyebab pencemaran lingkungan. “Dengan edukasi ini, kita bersama-sama memiliki persepsi untuk pemeliharaan lingkungan supaya tetap bersih. Untuk Laksana Becik, agar selalu semangat untuk mengedukasi sehingga sekolah bisa terus berkolaborasi mengedukasi warga SMP Negeri 1 Kuta Selatan,” harapnya.
Hal senada disampaikan Kepala SD No. 11 Jimbaran, I Nyoman Suasta, S.Pd., M.Pd. Pihaknya menilai program gerakan pengumpulan minyak jelantah ini selaras dengan program lingkungan yang diterapkan di sekolahnya. Ia mengatakan, program ini sangat bagus, apalagi berkaitan dengan isu-isu lingkungan. Sehingga, program pengumpulan minyak jelantah ini diharapkan dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan. “Untuk itu, kami akan terus mensosialisasikan terkait dengan permasalahan minyak jelantah bisa tidak ditangani dengan baik,” ujarnya.
Ke depan, SD No 11 Jimbaran akan terus menggabungkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Karena di manapun berada, baik di rumah, di sekolah, di masyarakat, tetap harus memperhatikan PHBS. Dengan harapan, tidak bersih di sekolah saja, harus juga bersih di rumah, bersih di masyarakat, sehingga terciptalah kesehatan.
Sementara itu, Ketua PGRI Kabupaten Badung I Wayan Tur Adnyana menyampaikan terima kasih kepada Laksana Becik yang sudah memfasilitasi program gerakan pengumpulan minyak jelantah di sekolah. Pria yang pernah menjadi guru di SMP Negeri 1 Kuta Selatan selama 25 tahun ini merasa terhormat dapat ikut terlibat dalam program ini.
Dirinya meyakini, apapun program dari Laksana Becik, nantinya akan diturunkan kepada orang-orang baik. Untuk itu, dirinya mengucapkan terima kasih kepada Laksana Becik.
“Saya selalu akan mengkomunikasikan program ini, ke sekolah sekolah di Badung, yang mau peduli lingkungan. Untuk itu ke depan, apapun programnya, saya akan sangat mendukung. Sehingga, Laksana Becik betul-betul menerapkan konsep Tri Kaya Parisuda,” tegasnya. (BC5)