Denpasar, balibercerita.com –
Seiring dibangunnya RS Internasional Bali, Presiden Joko Widodo menekankan agar impor alat kesehatan, obat-obatan, maupun bahan baku obat dapat dihentikan. Ia berharap barang-barang tersebut nantinya dapat diproduksi sendiri di Tanah Air.
“Alat-alat kesehatan, obat-obatan, bahan baku obat, kita harus berhenti untuk mengimpor barang-barang itu lagi dan kita lakukan, kita produksi sendiri di negara kita,” ujar Jokowi dalam sambutannya saat melakukan groundbreaking Rumah Sakit (RS) Internasional Bali, Senin (27/12).
Menanggapi hal itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir akan terua berupaya menekan impor bahan baku obat. Sebab, Indonesia memiliki alam dan kultur yang mumpuni dalam mengembangkan industri tersebut. Untuk itu BUMN Indofarma nantinya akan fokus dalam pengembangan industri herbal pada pengobatan.
Saat ini, jajarannya telah mengonsolidasikan klaster kesehatan BUMN. Hal tersebut merupakan bagian dari pembentukan ekosistem, guna memperkuat ketahanan dan kemandirian kesehatan. Sebab ekosistem itu menjadi kunci, jika negara ingin memproduksi sendiri secara mandiri. “Kalau kita berdiri sendiri-sendiri, akhirnya tentu kita tidak punya kekuatan yang terpadu untuk menahan gelombang yang terjadi ke depannya,” ungkapnya.
Kementerian BUMN juga telah berhasil menggabungkan Bio Farma sebagai perusahaan induk (holding company) yang membawahi Kimia Farma, Indofarma, dan sejumlah rumah sakit yang berada di bawah Indonesia Healthcare Corporation (IHC). Secara bisnis, Bio Farma diharapkan mampu membuka peluang baru dalam industri kesehatan seperti industri vaksinasi. “Karena itu kita coba sekarang bekerja sama dengan berbagai pihak apakah merupakan vaksin mRNA atau protein rekombinan yang hari ini memang masih terus kita jajaki,” lanjutnya.
Pada tanggal 13 Desember lalu, telah dimulai uji klinis vaksin produksi Bio Farma. Ia berharap, tahun depan Indonesia mampu memproduksi vaksin secara mandiri. Dengan demikian, impor vaksin diharapkan juga bisa ditekan di tahun depan. “Kita siap memproduksi 77 juta (dosis) untuk langkah awal yang bisa mulai insyaallah di bulan Juli,” pungkasnya. (BC5)