Banyu Pinaruh Bertepatan Purnama Katiga, Momen Penyucian Diri Umat Hindu di Bali

0
74
Banyu Pinaruh
Umat Hindu saat malukat di mata air. (BC5)

balibercerita.com –
Umat Hindu di Bali, Minggu (7/9) hari ini, merayakan dua momen keagamaan penting sekaligus, yakni hari raya Banyu Pinaruh dan Purnama Sasih Katiga. Kedua perayaan ini jatuh bertepatan pada Redite Paing, Wuku Sinta, berdasarkan kalender Bali.

Diolah dari berbagai sumber, Banyu Pinaruh memiliki arti “air pengetahuan” (banyu berarti air, pinaruh berarti ilmu atau kebijaksanaan). Pada hari ini umat Hindu melakukan ritual penyucian diri dengan mandi atau malukat di sumber-sumber air suci, seperti laut, sungai, dan mata air. Prosesi ini melambangkan pembersihan lahir dan batin agar senantiasa diberkati kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan.

Baca Juga:   Seawall Uluwatu Dipelaspas Usai Penanganan Kawasan Batu Metandal

Sejak pagi buta, masyarakat biasanya mendatangi pantai atau pura yang berada dekat sumber air. Mereka membawa canang dan sesajen sederhana, lalu melakukan persembahyangan dan mandi suci bersama keluarga. Suasana khidmat bercampur dengan kegembiraan karena ritual ini juga menjadi ajang kebersamaan antarwarga.

Selain Banyu Pinaruh, pada 7 September 2025 juga bertepatan dengan Purnama Sasih Katiga, yaitu purnama ketiga dalam siklus penanggalan Bali. Purnama ini dipercaya sebagai saat yang baik untuk memohon kemakmuran, kesehatan, dan keseimbangan hidup.

Di pura-pura, umat Hindu menggelar persembahyangan purnama dengan banten purnama yang dihaturkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Malam purnama selalu dianggap istimewa, sebab sinar bulan diyakini membawa energi suci yang menenangkan jiwa.

Baca Juga:   Setra Dilengkapi Krematorium, Desa Adat Kuta Tetap Pertahankan Tradisi

Ritual Banyu Pinaruh tidak hanya dimaknai sebagai pembersihan fisik, melainkan juga simbol menyucikan pikiran dan hati dari segala sifat negatif. Sementara, Purnama Sasih Katiga menegaskan pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Kedua perayaan ini mengajarkan umat untuk selalu menjaga keseimbangan hidup. Air melambangkan kejernihan dan kebijaksanaan, sementara purnama adalah simbol penerangan dan keindahan kosmik. Dengan menyatukan keduanya, umat Hindu di Bali diingatkan untuk menjalani hidup dengan pikiran jernih, hati bersih, dan semangat penuh syukur.

Baca Juga:   Pelestarian Seni Diharapkan Berpedoman Pada Pakem

Dengan demikian, hari ini menjadi momentum sakral bagi umat Hindu di Bali. Selain sebagai ritual penyucian dan doa bersama, perayaan ini juga memperkuat ikatan sosial serta meneguhkan kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Bagi masyarakat Bali, hari ini bukan hanya sekadar rangkaian upacara, tetapi sebuah pengingat untuk senantiasa menjaga kesucian diri, menghargai alam, serta memperkokoh hubungan spiritual dengan Sang Hyang Widhi Wasa. (BC13)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini