
balibercerita.com –
Piodalan Pura Swagina Sri Kesari Warmadewa yang bertepatan dengan hari raya Saraswati, Sabtu (6/9), berlangsung khidmat. Segenap civitas akademika Universitas Warmadewa (Unwar) mengikuti prosesi dengan khidmat.
Piodalan sekaligus perayaan Saraswati di Unwar tahun ini punya nuansa berbeda. Di antara dosen, pegawai, dan mahasiswa lokal, tampak pula mahasiswa asing yang ikut larut dalam prosesi. Kehadiran mereka menjadi penanda nyata bahwa visi “Warmadewa Go Global 2034” bukan sekadar jargon, melainkan langkah yang sudah mulai terlihat hasilnya.
Rektor Unwar, Prof. Dr. Ir. I Gde Suranaya Pandit, M.P., dalam sambutannya menekankan bahwa Saraswati bukan hanya ritual rutin, melainkan momentum memperkuat karakter kampus. “Dengan adanya 98 mahasiswa asing dari berbagai negara yang saat ini menempuh studi di Universitas Warmadewa, kita bisa melihat bahwa Bali bukan hanya magnet wisata, tetapi juga magnet ilmu pengetahuan berbasis budaya. Mereka belajar tidak hanya dari teori di kelas, tetapi juga dari pengalaman spiritual dan budaya yang hidup di masyarakat,” ungkapnya.
Para mahasiswa mancanegara itu terlihat antusias. Beberapa ikut membuat gebogan dan penjor, sambil menanyakan filosofi tiap simbol yang mereka susun. Ketika tarian sakral rejang sari yang dibawakan oleh Ikatan Wanita Warmadewa (Iwanwar) dipentaskan, mereka tampak terpukau.
Bagi mereka, pengalaman ini lebih dari sekadar prosesi. Inilah kesempatan memahami karakter masyarakat Bali yang religius, humanis, dan kaya nilai spiritual.
Ketua Yayasan Shri Kesari Warmadewa, Prof. Dr. Drs. Anak Agung Gede Oka Wisnumurti, M.Si., menambahkan bahwa hari Saraswati membawa pesan mendalam. “Saraswati adalah hari pencerahan, turunnya ilmu pengetahuan. Dengan menjadikan ilmu pengetahuan sebagai pegangan hidup, kita bisa menemukan solusi atas berbagai persoalan duniawi,” ujarnya.
Ia menilai, dengan investasi berkelanjutan di bidang pendidikan, Unwar siap tumbuh menjadi kampus yang berdaya saing global. Kehadiran mahasiswa asing adalah indikator bahwa jalur menuju visi 2034 sudah tepat.
Dalam beberapa tahun terakhir, Unwar memang gencar membangun fondasi internasionalisasi, dari pembukaan program studi berorientasi global, riset kolaboratif lintas negara, hingga pengenalan budaya Bali kepada mahasiswa internasional.
Upacara Saraswati kali ini seakan merangkum semua semangat itu. Dengan mengedepankan Spirit Sapta Bayu, Unwar menunjukkan bahwa tradisi lokal tidak menghambat modernitas, melainkan menjadi jembatan menuju panggung dunia.
“Dengan menjunjung tinggi tradisi dan kearifan lokal, kita justru bisa semakin dikenal di tingkat internasional. Bali memiliki daya tarik yang unik, dan melalui pendidikan, daya tarik ini bisa kita bagikan ke seluruh dunia,” imbuhnya.
Prosesi ditutup dengan pujawali diiringi doa, gamelan, serta rejang sari. Harmoni semakin terasa ketika mahasiswa asing ikut menyatu dalam ritual.
Momen ini membuktikan bahwa dari sebuah pura di dalam kampus, Unwar sedang membangun jalan menuju persahabatan lintas bangsa. Seiring bertambahnya jumlah mahasiswa internasional dan inovasi akademik yang terus digulirkan, Unwar kian percaya diri melangkah menuju target besar 2034, menjadi kampus global berakar budaya. (BC13)