Denpasar, balibercerita.com –
Tabir Kelam menjadi single terbaru dari solois delta blues Bali, Made Mawut yang menggandeng kawan satu tongkrongan duo folk Nosstress. Penayangan perdana video musik Tabir Kelam telah dirilis secara offline di Taman Baca Kesiman, Denpasar, Jumat (7/4). Rilis online di kanal YouTube Made Mawut dilakukan pada pukul 19.30 Wita. Dalam single Tabir Kelam, pentolan Navicula, Dadang Pranoto, ikut andil dalam mengaransemen dan produser bersama Hadhi Kusuma dan Baskara Putra.
Melalui single yang telah dirilis di kanal musik digital pada 31 Maret 2023 ini, musisi yang punya hobby memasak ini mengungkapkan keresahannya sekaligus mengajak audience untuk ingat akan sejarah negeri ini yaitu terkait peristiwa kelam 65 di Indonesia yang hingga kini masih menyisakan banyak misteri. Rakyat dipaksa melupakan oleh penguasa dengan tebaran ancaman, dilarang bertutur apa yang sebenarnyaterjadi.
Kala itu, ratusan ribu, mungkin jutaan nyawa tak bersalah melayang tanpa proses pengadilan. Sanak keluarga kehilangan jejak tanpa kabar, mempertanyakan dimana jasad mereka dikebumikan.
“Peristiwa itu tidak diungkap hingga kini sehingga ada sesuatu yang penting hilang dalam catatan sejarah bangsa ini. Namun, seiring berjalannya waktu, alam akhirnya menguak kisah itu, dan salah satunya di Pantai Cucukan, Gianyar,” tutur Made Mawut.
Dari lagu dan video musik Tabir Kelam ini, pria asal Denpasar ini ingin mengajak untuk lebih tahu, menolak lupa dengan apa yang terjadi pada peristiwa kelam 65. “Apapun yang terjadi di masa lalu, ini terlepas dari siapa yang benar atau salah. Bagi saya, peristiwa itu patut diketahui kebenarannya oleh tiap generasi, sehingga kita sama-sama bisa belajar dari peristiwa itu dan tak mengulangi lagi,” ungkap Mawut.
Dadang Pranoto selaku produser melihat sosok Made Mawut kerap berbuat “nyeleneh” dari setiap lirik yang dia buat, tapi pesannya jelas tanpa basa-basi. Baginya, musik adalah media populer, menjadi pengeras suara-suara bawah tanah.
“Ini menjadi penting karena di lagu baru yang berjudul Tabir Kelam ini, dia merubah suatu cerita yang puluhan tahun senyap kembali dia gaungkan hanya dalam durasi lagu 4.16. Itu luar biasa,” ucapnya.
Selaku produser album Made Mawut, pihaknya mengaku tidak berpikir panjang untuk memutuskan apa yang harus dilakukan dengan karya tersebut. Karena baginya, musik atau karya seni tetap harus punya guna, dan lagu ini akan sangat bermanfaat dan menjadi literasi pengetahuan sejarah bangsa ini melalui musik. “Hari ini Made Mawut kembali hadir dengan tingkat kematangan musikal sebagai penulis lagu yang sungguh penting buat industri musik di Bali,” tegas Dadang Pranoto.
Dari sisi visual, dieksekusi dengan apik oleh Hadhi Kusuma yang didapuk sebagai sutradara, dibantu Baskara Putra menata gambar. Mereka mengaku bersemangat ingin segera menggarap konsep lagu Tabir Kelam yang diceritakan Made Mawut.
Didaulatnya Baskara Putra untuk berkolaborasi sebagai penata gambar, karena ia merupakan seorang fotografer yang memiliki nuansa gambar yang cocok disandingkan dengan lagu tersebut. Meski kisah pilu 1965 identik dengan cerita kekerasan dan berdarah-darah, Hadhi Kusuma dan Dewa Baskara berupaya menampilkan sisi yang lebih optimis.
“Di video musik Tabir Kelam, sepatu adalah pengantar kisah peristiwa itu untuk generasi mendatang. Sehingga kita bisa mengetahui sejarah yang terjadi dan terungkap apa adanya, agar kelak itu menjadi satu pembelajaran bagi kita semua,” kata Hadhi Kusuma. (BC5)