Tabanan, balibercerita.com –
Pura Pucak Resi Bukit Sangkur atau biasa dikenal Pura Pucak Sangkur berlokasi di Desa Adat Kembang Merta, Kecamatan Baturiti. Sebagai salah satu Pura Kahyangan Jagat, pura ini memiliki arti penting bagi umat Hindu di Bali. Konon, di pura ini berstana guru spiritual yang tak kasat mata atau niskala.
“Umat yang bersembahyang ke sini seperti sulinggih, jero mangku, jero dasaran, datang ke sini untuk memohon restu, memohon anugerah Beliau. Ada saja petunjuk dan tuntunan yang meminta mereka datang ke sini untuk memohon restu kepada Beliau. Konon, Beliau adalah guru spiritual di niskala. Layaknya di alam nyata, tempat ini adalah griya. Beliau yang berstana di sini adalah Maha Putus yang bermanifestasi sebagai Siwa Pasupati,” ujar Pengayah Pura Pucak Resi Bukit Sangkur, Jero Mangku Wayan Artana.
Menurut cerita yang diketahuinya, suatu ketika di Nusa Penida ada sebuah upacara besar. Mengingat belum ada sulinggih di pulau tersebut, maka Resi Sagening yang dimohonkan untuk muput upacara itu. Setelah upacara selesai, Resi Sagening bersemedi dan mendapatkan petunjuk untuk melaksanakan tirta yatra ke Pulau Bali.
Resi Sagening pun menyeberang ke Bali dengan diiringi para pengikutnya. Selama menetap di Gelgel, Resi Sagening memiliki banyak murid. Namun, salah satu muridnya ternyata memiliki niat buruk. Sang murid melapor ke raja bahwa Resi Sagening berniat menghancurkan kerajaan di Gelgel. Maka, raja pun menitahkan Resi Sagening dibunuh. Resi Sagening mengetahui niat sang raja. Lalu ia pergi ke arah barat laut hingga tiba di Bukit Asah yang sekarang disebut Pucak Padang Dawa.
“Beliau bertemu dengan masyarakat di sana. Di sana Beliau menetap dan bersemedi. Ketika bersemedi itulah ada petunjuk agar Beliau mencari sinar putih di arah timur laut, yang ternyata Pura Taman Griya. Nah, sebelum Beliau kemari mencari sinar tersebut, Beliau menitahkan muridnya agar saat melaksanakan karya (upacara) tidak diperbolehkan dipuput oleh sulinggih. Tirta pakuluh dimohonkan di Pura Taman Griya, di Pura Pucak Terate Bang. Di Pura Pucak Resi Bukit Sangkurlah nantinya memohon pamuput. Sebab di sanalah berstana Siwanya Jagat, pamuput karya,” ujarnya.
Usai memberikan petunjuk kepada para murid dan pengikutnya, Resi Sagening meninggalkan perlengkapan upacaranya di Pura Taman Griya. Ia lantas menuju Pura Pucak Sangkur hingga mencapai moksa.
Jero Mangku Wayan Artana menjelaskan, secara umum di wilayah Desa Adat Kembang Merta tidak boleh ada upacara yang dipuput oleh sulinggih. Para pemangku pun tidak diperkenankan menggunakan sarana bajra. Upacara di Pura Pucak Sangkur pun tidak boleh menggunakan sarana daging babi dan berbagai hal yang berwarna merah, baik itu bunga atau jajajan. (BC13)