Amlapura, balibercerita.com –
Pura Pajinengan Gunung Tap Sai diyakini sebagai tempat suci untuk memohon kelancaran dalam pekerjaan, keselamatan dan kecerdasan. Umat Hindu di Bali, bahkan non-Hindu dari luar, banyak yang datang untuk bersembahyang dan malukat di pura yang berlokasi di Banjar Puregai, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem tersebut.
Vibrasi kesucian ditambah kondisi lingkungan sekitar yang masih alami akan membuat orang yang datang bersembahyang merasakan ketenangan dan kedamaian. Tidak sedikit di antara pamedek yang makemit di Pura Tap Sai, terutama saat hari raya.
Pemangku Pura Tap Sai, Jero Mangku Wayan Kariasa menuturkan, Pura Tap Sai merupakan tempat berstananya Ida Bhatara Sri Upasedana. Terdiri dari Dewi Saraswati, Dewi Sri dan Dewi Laksmi (Batara Rambut Sedana). Bagi umat Hindu, Dewi Saraswati merupakan dewi ilmu pengetahuan. Kemudian, Dewi Sri merupakan simbol kemakmuran dan Batara Rambut Sedana sebagai dewa uang. Maka dari itu, bersembahyang di pura ini dapat dimaknai sebagai upaya untuk memohon kelancaran dalam hal pendidikan, pekerjaan dan kesejahteraan.
Di Pura Tap Sai terdapat sejumlah palinggih yang sekaligus menandakan tahapan persembahyangan. Di bagian pertama terdapat palinggih Ratu Pengadang-adang, Ratu Penyarikan, Ratu Mekele Lingsir, Widyadara-widyadari dan Pengayengan Batara Dalem Ped. Usai bersembahyang di palinggih-palinggih tadi, umat kemudian menuju tempat pangelukatan. Pangelukatan untuk melebur sepuluh kekotoran dalam diri atau dasa mala tersebut akan dipandu oleh pemangku setempat.
Usai malukat, pamedek melanjutkan persembahyangan ke palinggih Sang Hyang Gana dan yang terakhir di utama mandala. Yang unik, setelah melaksanakan Panca Sembah, pamedek akan diminta memanjatkan doa dan sujud dengan sarana sebelas batang dupa. Persembahyangan dilakukan di depan lingga yoni yang berada di bagian utama mandala. Tahap terakhir persembahyangan di Pura Tap Sai ini dilakukan secara sendiri-sendiri dan sifatnya personal. (BC13)